Berharap tak ada sesalmu sepertiku
Tahukah kamu
Tuan, betapa rindu yang mencabik perasaan dan ragaku saat ini? Betapa siksa
akan akhir yang begitu sadis malam itu? Aku seperti di hantui bayanganmu yang
tak kasat olehku.
Padamu Tuan yang saat ini merajai
hatiku....
Berlebihan rangkaian kataku, tapi biarlah agar
dapat kau maknai rasa ini yang terlanjur dalam serta sulit mengungkap secara
gamblang di hadapanmu sekarang.
Maknai saja setiap kata yang ku
tulis disini. Kamu bingung? Aku juga bingung Tuan! Kau tahu bagaimana sulitnya
melangkah sendiri dengan pijakan yang compang camping bak tanpa tujuan? Mata
angin seakan sinis juga padaku. Bergerak berlawanan arah karena tak sejalan jua
denganku. Sepertinya mereka lebih memilihmu Tuan dibandingkan aku.
Ku tanya dia yang duduk sendiri, ku
ceritakan segala rasaku saat kepergianmu yang baru beberapa hari. Kau tahu apa
yang dia katakan? Dia membelamu, lebih menjunjung perasaanmu di banding aku.
Padahal dia temanku, dia sahabatku, dia keluargaku. Tetap saja kamu yang benar
Tuan, bukan aku!
Tak tahu juga apa dalam pikiran
mereka. Layaknya kamu adalah yang paling benar. Dan sepertinya memang seperti
itulah yang terjadi. Kamu lebih banyak benarnya, dan akulah yang lebih banyak
salahnya.
Seiring waktu, aku pun sadar akan
semua kesalahanku. Kemudian bangkit untuk merajut asa yang kian padam. Memaksa
hari untuk selalu tertawa dengan kegilaan dan keceriaanku seperti biasa. Dan
kau tahu, Tuan? Betapa hebatnya wajahku memainkan perannya. Menyembunyikan luka
yang teramat sakit dalam dadaku. Selalu, dan itulah hebatnya pipi di wajahku.
Tetap tersungging senyuman manis kepada semua yang datang padaku. Walau sakit
tiada tara menggerogoti hatiku yang kalut karenamu!
Itulah hebatnya aku, Tuan! Kau tahu?
Iya harus kau tahu itu! Aku hebat bermain lakon dalam drama. Inikah sandiwara
cinta? Entah! Tapi ini kenyataan! Aku tidak sedang bermain ataupun
bersandiwara. Aku pemeran utama. Aku actris, dan kamu actornya.
Sekarang, aku ingin bercerita banyak
denganmu Tuan. Disini saja, jangan kemana mana! Duduklah dengarkan aku!
Simaklah dengan baik! Cerna dan pahamilah setiap cerita yang ku lontarkan
padamu.
Sebulan yang lalu...
Malam itu malam Jumat bukan? Tanggal
18 September 2014 tepatnya. Cobalah ingat semua yang terjadi malam itu.
Sebelumnya kita memang terancam
putus waktu itu. Seingatku hari minggu! Iya dan kita sempat teleponan, dan
akhirnya semua kembali baik baik saja. Aku dan kamu tetap bersama.
Kamu belum pernah menyatakan yang
sebenarnya padaku apa yang terjadi dengan perasaanmu. Maaf karena sering
menyebut nama masa laluku lewat pesan singkat. Aku hanya ingin kamu lebih sopan
dalam bertutur kata pada wanita tanpa kecuali aku, Kekasihmu!
Perasaanku dengannya tidak lebih
dari sekedar teman biasa, senior, dan partner dalam debat bahasa inggrisku. Itu
saja! Tidak ada lagi yang istimewa di mataku. Takkan mungkin kamu dengan
bebasnya masuk dalam hidupku di tanggal 21 itu, apabila rasaku masih untuknya.
Sadarlah! Aku bukan gadis macam itu! Sebelum kedatanganmu, aku sempat bertemu
dengan dia masa laluku. Dan saat itu, hatiku sudah berlaku biasa saja. Tak ada
rasa dan sepertinya sudah mati rasa. Ya! Jelas aku trauma dengan orang yang
berlagak tulus dan unjungnya memberi harapan palsu belaka. Dia ku juluki si Mr.
PHP. Setahun lamanya untuk move on dari dia masa laluku. Dan itu masih belum
ada kamu.
Saya berani menerima perasaanmu, karena menurutku
kamu itu baik dan sholeh. Itu saja yah modalmu di bulan mei silam.
Ketika kita sudah resmi sepasang
kekasih barulah banyak cerita mengejutkan yang ku dapat darimu. Hanya dapat
mengucapkan “Subhanallah” dengan segala kehebatanmu, kecerdasanmu, dan
kemampuanmu. Darisitulah aku merasa sangat beruntung memiliki kekasih sepertimu
yang terbilang langka di dunia ini. Ku ucap hamdalah pada Allah, yang telah
memberikan kekasih sholeh padaku.
Kembali pada inti permasalahan kita,
kamu cemburu yah? Kenapa tidak bilang? Kamu masih marah? Kenapa tidak jujur
saja? Terlanjur! Nasi sudah jadi bubur.
Dan harus kamu tahu, bahwa aku tidak
pernah berniat bermain perasaan denganmu. Wajar saja aku bilang ini itu,
kamunya cuek. Kamunya sok diam. Kan sedih! Pas sayang sayagnya, malah di
abaikan begitu saja. Ini hati mas! Bukan kerupuk!
Sedemikian cara untuk membuat
amarahmu mereda. Tapi sayangnya, tidak mempan juga bagimu. Ku tanyai sahabat
dekatmu, meminta bantuannya, tetap saja itu
tidak berhasil. Mulai dari mengirimkan lagu dengan suaraku yang original
via vn di bbm, tidak sudi kau dengarkan. Ku telepon nomor telkomselmu, malah
kau reject plus non aktifkan. Sungguh kejam kamu padaku Tuan!
Ku
kirimkan lagi short message service
yang mencoba buatmu sedikit sadar, tapi apa yang ku dapatkan? Kamu membentakku,
memarahiku, mencaciku, hingga aku tak sanggup lagi untuk membalasnya. Begitulah
hati seorang perempuan. Lemah dan mudah rapuh.
Tunggu dulu! Aku tidak lemah! Aku
juga tidak rapuh! Tapi keadaan yang membuatku seperti ini. Kodratnya, perempuan
di ciptakan dengan kelemahan dan lelakilah yang membuatnya kokoh. Tapi ia di
bentuk dengan penuh ketulusan dan ketangguhan.
Apakah ini tindakan yang memalukan?
Merusak harga diriku? Mencemarkan nama baikku? Tidak! Karena apa yang ku
lakukan sekarang, adalah semua hal yang pernah kau lakukan dulu. Ingatlah!
Sangat kecewa dengan kata katamu
yang sederhana tapi teramat bengis untukku. Kau bilang dengan sahabatku, “cewek
alay”. What? Saya alay? Hahaha ngaca dulu deh! Saya tidak merasa alay. Karena
yang alay sungguhan itu kamu! Inilah cerminan dirimu dulu, yang sekarang nampak
dari sikap dan tindakanku. Lucu bukan?
Betapa baiknya aku yang tidak
sedikit pun tega membiarkan hatimu terluka dengan cacian kataku. Selalu
melontarkan kata sindiran yang halus yang setidaknya tidak terlalu menggores
luka yang teramat dalam.
Mungkin inilah rasa yang tulus.
Tidak peduli dengan kata kasar dari bibirmu yang begitu manis saat mengejar
hatiku dulu. Selalu berasumsi postif bahwa itu bukan kamu, tapi ada iblis yang
merasukimu kala itu. Hahahah saya menjadi orang tolol dengan perasaan ini.
Menurutmu perasaan tulus itu seperti
apa? Hanya sekedar mengatakan sayang setiap hari, menyatakan rindu sebelum
tidur, khawatir ketika sakit, menggumbar kemesraan pada saat jatuh cinta saja?
Itukah tulus versi kamu, Tuan? Berarti kita tidak sependapat!
According to me, love is a difficult thing can’t describe
although through 10.000 words.
Perasaan
yang tulus adalah ia yang tak punya alasan mengapa dan ada apa. Yang hadir saat
nyaman dan aman yang tercipta dari dua insan yang memadu asmara. Menimbulkan
perhatian dan kecemasan saat~saat tertentu. Memainkan melodi lagu yang indah setiap
hari seiring dengan bunga~bunga yang bermekaran dalam hati. Membuat seseorang
jadi salah tingkah saat mendengar nama sang pujaan hatinya. Yang tiba~tiba
merasa kediginan sekejur tubuhnya bila sang kekasih sudah berada dekat dengan
jarak pandangnya. Itu perasaan tulus yang sebagian kecil saja.
Mau tahu perasaan tulus yang lebih
luar biasa lagi? Adalah saat dimana sang kekasih jauh oleh jarak. Saat dimana
hati harus bersabar menunggu kabar darinya. Saat rindu mencekam ingin jumpa
dengannya. Saat berusaha untuk mengungkapkan perasaan tapi gengsi untuk
mengucapkannya. Yang bisa membuat kekasihnya itu peka, dan ternyata di salah
artikan. Saat ada perubahan postif karena sang kekasih. Saat etos kerja
bertambah karena ada semangat darinya. Yang juga terkadang membuatnya ingin
bermanja dengan sang kekasih untuk mencuri perhatiannya dari kesibukannya
selama ini. Hahahaha aku jadi rindu denganmu Tuan!
Dan
juga saat semua yang indah itu harus berakhir karena ulah egoismu, kemudian
kamu menyesali dan berusaha meminta maaf, serta berusaha membuatnya kembali
tapi tak bisa lagi. Saat dia berkata kepada temannya bahwa dia tak akan kembali
lagi, dan bodohnya kamu masih saja berharap akan kembalinya dia kepelukanmu.
Saat dia berkata dengan sahabatmu bahwa kamu cewek alay, tapi kamu tetap
tersenyum mendengar itu. Bodohkah kamu? Tapi itulah perasaan. Semakin dipaksa
untuk melupakan, malah semakin menjadi saja perasaan itu. Dan parahnya lagi,
saat kamu tahu dia ternyata naksir dengan teman yang sekelas dengannya, kamu
malah mendoakan agar dia bahagia bersamanya. Lagi lagi kamu sangat tolol!
Coba
bayangkan, bila semua mimpi burukmu itu terjadi? Dia dan teman kelasnya jadian,
bermesraan setiap hari, bergandengan setiap saat, muncul di TimeLine mu. Dan
semua itu tidak pernah kau dapatkan saat bersamanya. Kamukan LDR! Tidak
cemburukah kamu? Bagaimana perasaanmu?
Sedihlah!
Pasti! Siapa yang tidak sedih melihat orang yang pernah memohon perasaanmu,
berjanji menjagamu, yang tidak akan ada lagi setelahmu, yang akan selalu
denganmu sampai suksesnya dia kelak dan kenyataannya semua hanya rangkaian kata
yang membuatmu hanya bisa meneteskan air mata saja. Syukurlah aku jauh darinya.
Tapi ku tegaskan, bahwa aku tak pernah melirik orang lain selama bersamanya.
Aku bukan gadis yang mudah menyatakan suka, sayang, kemudian ada rindu dengan seseorang.
It’s so hard beibh!
Tuan,
dari ceritaku tentangmu apa yang kamu rasakan? Akankah kamu menertawai
perasaanku? Kalau begitu, tertawalah sepuas hatimu. Cemoohlah aku sesuka yang
kau mau. Jelasnya aku hanya ingin dikau tahu, akulah hati yang tulus mencintai
dan menyayangi hingga detik ini. Tapi tak menjamin untuk detik,
menit,jam,hari,minggu,bulan,dan tahun selanjutnya. Terima kasih telah hadir
dalam hariku walau itu sangat singkat. Semoga kau tak pernah menyesali
keberadaanku saat bersamamu dulu. Yang perlu kau tahu, ada gadis yang tulus
mencintaimu karena Allah. Yang setia mendoakan kebaikan dan kesuksesanmu.
Semoga kau tak pernah mendapati penyeselan seperti apa yang ku rasakan kini.
Tenanglah,
Tuan! Jika ceritaku ini menggangumu, mengusikmu, membuatmu bosan, semua ini tak
akan lama. Akan ada waktu yang tepat, dimana hati ini kembali normal seperti
sedia kala. Yang akan sembuh dari luka. Kemudian merajut kembali kebahagiaan
yang baru yang mungkin saja tidak lagi denganmu. Saat ini aku masih
mengharapkanmu. Tapi aku takkan mengemis cintamu. Karena aku bukanlah pengemis.
Aku juga takkan memohon dan bertekuk lutut dihadapamu untuk kau kembali
denganku, karena pada dasarnya, perasaan tak dapat dipaksakan.
Untukmu,Tuan..
Pergilah
sejauh mungkin
Gapai
hati sesuai inginmu
Rangkul
jiwa dengan hebatmu
Tak
usah peduli denganku lagi
Bila
memang matamu tak sudi menengok ke arahku
Berbanggalah
dengan mampumu
Mencabik
rasaku begitu mendalam
Suatu
saat aku pun akan bosan
Juga
merasakan kejenuhan
Seperti
apa yang kau lakukan
Tapi
bukan sekarang!
Ketika
aku pun melangkah jauh
Jangan
tanyakan kemana aku
Karena
aku pergi
Untuk
bahagiakanmu
Jangan
lagi ada sesal
Percuma
dendam dipelihara
Buanglah
jauh
Ini
hanya sementara
Aku
percaya dengan Tuhan
Beriku
kekuatan dengan rasa ini
Buatku
tegar dan kokoh
Bertahan
selama yang Tuhan mau.