Jumat, 19 April 2019

Mantu Idaman untuk Mama

Beberapa pekan terakhir, lagi sering berdiskusi soal asmara dan ujung-ujungnya bahas sosok lelaki idaman yang sekiranya layak jadi pasangan hidup.

Mama, adalah satu-satunya teman diskusi yang paling lucu saat membahas hal ini. Mama pasti mengaitkannya kepada sosok Papa yang tidak ada duanya.

Papa yang setia, papa yang berani, papa yang pekerja keras, bertanggung jawab, dan satu hal yang tidak boleh dilupakan, papaku ganteng.

Hehe.

Mama berpesan kepadaku, putrinya yang sudah menginjak usia 21 tahun dan sedang galau masalah hati dan perasaan yang akhir-akhir ini mengacaukan fokus, melululantahkan tembok cina eh cinta eh cita ding. Apasih. Wkwkw.

Mama bilang gini, "Kalau ada yang baik, sholeh, sudah punya kerjaan, mama terima nak. Mama restui. Asalkan kamu selesaikan dulu S1mu, kejar cita-citamu kuliah S2 di luar negeri, punya kerjaan sendiri. Karena jaman sekarang, perempuan harus punya penghasilan sendiri biar laki-laki tidak semena-mena sama kita. Mereka tidak bakalan mudah menyeleweng karena kita punya uang sendiri. Kita mandiri. Kita kuat."

Selain itu, putrinya ini sempat curhat soal poligami. Mama angkat bicara, "Alhamdulillah papamu sekalipun tidak pernah bahas poligami. Berniat saja tidak ada."

"Memuji perempuan cantik pun tidak pernah. Karena papamu menjaga hati mama."

Tahu betul bagaimana hati mama akan sakit kalau menyebut atau memuji perempuan lain. Papa memang idaman. Saya pernah beberapa kali mencoba menggoda papa, "Pa cewek itu cantik ya?". Dengan singkat papa menjawab, "Ah mana ada itu cantik? Biasa aja". Wkwkw kasian sekali cewek atau perempuan itu.

Faktanya, papa dulu juga primadona di sekolahnya. Papa seorang atlit sepak bola, takraw, tennis meja, bulu tangkis, dan beberapa cabang olahraga lainnya. Performa papa di bidang olahraga dipuji banyak orang. Utamanya kaum hawa. Tidak sedikit yang mengirimi papa surat cinta. Tapi papa malah mengirimnya ke mama, tanpa papa baca terlebih dahulu. Dibalas pun tidak. Oh tega sekali. Wkwwk.

Mama dan papa saling mengenal sejak SMP. Dulu, pacaran tidak seperti sekarang. Semuanya tidak terlihat. Hanya sahabat terdekat saja.

Singkat cerita, mama dan papa menikah setelah mama punya kerjaan dan penghasilan tetap sebagai guru Bahasa Inggris. Sebenarnya, papa sudah lebih dahulu bekerja. Saat mama kuliah, papa bekerja di PDAM. Papa menabung untuk biaya pernikahannya. Di masa seperti itu, mereka LDR-an. Tidak ada yang bisa menebak dan memprediksi masa depan. Tetapi cinta mereka tidak pudar. Walau mama ada di Makassar, papa tidak alpa berkunjung ke rumah mama di Tinambung. Bersenda gurau dengan calon ibu mertua, calon bapak mertua dan calon iparnya.

Kisah cinta klasik yang menyejukkan hati.

Siapa bilang mamaku bukan primadona? Mama juga banyak disukai kaum Adam. Pasalnya, mama dikenal sebagai perempuan cerdas, kreatif, dan mandiri. Parasnya mungkin tidak secantik model atau selebriti, tapi pancaran kharisma dalam dirinya membuat mama dicintai dan disenangi banyak orang dan banyak kalangan.

Bahkan saat mama sudah resmi dilamar oleh papa, masih ada yang nekat mau meminangnya. Duh duh.

Ini adalah kisah cinta pertama dan terakhir yang diabadikan dalam sebuah pernikahan. Mereka menikah 26 Desember 1993, tepat 25 tahun yang lalu. Dikaruniai 3 anak perempuan dan sekarang mama papa sudah punya 2 cucu yang lucu. Jagoan.

Siapa yang tidak mau meneladani kisah mereka? Apalagi saya sebagai putri kandungnya.

Mama pun mengutarakan sosok menantu idamannya.
1. Tidak merokok
2. Bacaan sholatnya bagus
3. Bisa jadi imam sholat
4. Pandai memimpin
5. Pergaulannya baik
6. Dari keluarga baik-baik
7. Mapan (apapun pekerjaannya asalkan halal)
8. Tidak pelit alias dermawan
9. Bukan pecandu narkoba dan minuman keras
10. Tidak berniat poligami
11. Setia
12. Pengertian
13. Perhatian
14. Menyukai anak kecil
15. Memahami isi hati pasangannya
16. Menyayangi orang tua
17. Yang paling penting agama dan akhlaknya bagus
Dst.

Poin 10 dan 17 ini yang sulit dicari zaman sekarang. Tapi semoga bisa menemukan menantu idaman untuk mama.
Aaamiin Allahumma Aamiiin.

Segenap hati ingin mengabdi pada mama dan papa. Sempat berpikir untuk menikah setelah wisuda sarjana, tapi diingatkan lagi dengan target serta cita-cita yang sedari dulu dipersiapkan.

Belajar ilmu pra-nikah dari berbagai kajian di Youtube ustadz-ustadz, belajar memahami karakter suami dan istri, tanggung jawab masing-masing, hak dan kewajiban, serta mempelajari usia yang matang untuk menikah. Tidak lupa, belajar ilmu parenting, ilmu untuk mendidik anak-anak. Toh menikah tentu punya tujuan melahirkan generasi penerus. Perempuan akan menjadi ibu, madrasah pertama untuk anak-anaknya.

Terngiang terus dibenakku tentang amanah almarhumah Nenek Ibu, "Didiklah anakmu 25 tahun sebelum menikah".

Usia 25 tahun cukup ideal untuk menikah. Matang secara mental dan fisik. Bisa mengontrol emosi dan tidak labil.

Sekarang, waktunya kembali fokus menyelesaikan studi akhir. Mengejar cita-cita dan mempersiapkan diri agar nantinya ketika Allah berkata sudah saatnya dipertemukan oleh sang Raja, maka saya sudah siap. Lahir dan batin. Inshaa Allah.

Untuk Raja masa depanku,
Jikalau membaca ini, semoga kamu bisa memenuhi semua tipe idaman mama ya.
Tidak merokok juga cool banget di mataku. Lagian, orang merokok paling ku benci apalagi menghebuskan asap di sekitaranku. Tidak beretika sama sekali. Jadi, kamu jangan merokok ya. Sayangi paru-parumu.

Kamu, Raja masa depanku.
Pemimpin dan nahkoda kapal yang berisi kita dan keluarga kecil nantinya,
Jaga hati baik-baik.
Jangan suka menggombal perempuan.
Memujinya cantik.
Apalagi berniat poligami.

Semoga kamu, dijaga oleh Allah.
Sampai jumpa di masa depan.
Jika bukan di dunia, kita bertemu di surga ya.
Kalau beruntung, semoga kita disandingkan di dunia dan di surga.
Aaamiiin Allahumma Aamiiin.

Ku benamkan cintaku padamu
Ku titipkan rasaku pada-Nya.

Bersabarlah duhai hati,
Untuk dipertemukan denganmu,
Sang Raja di hati.

-nabilahharuna-
Malang, 19 April 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar