Kamis, 22 Agustus 2019

Dave & Ann

Somebody asked me "Do you love him?", I just smiled without saying anything. "Why?" the he asked me again. "He know how to treat a girl like me",  I answered it. "I also know how to treat you as well", I don't know what his goals to say that. "He never asked me first what I want, he instantly do it with simple words that really stick on my brain and my heart. He already took the best part of me, locked me inside."

"I regret, because I am afraid to show how I do love you so deep for decades", he said it and went away.

Before he left the room, he went back to me and gave me a box. "Please open this box before you sleep. You will know the truth".
20 minutes after that, I came to my sweet bed room, I was ready for my bed time, almost forgot to open the box. I saw it on the table which I put few minutes ago. I got surprised!
He made a beautiful painting, full colored, such an amazing gift that I ever had. There was a book, written on the cover 'Man Feelings'. It was a long story about the time he met me in a very beginning. He put me on detail. Now I know, there is me on someone's heart.

The things that he also did not know that someone that I always talking about, someone that I told the story about, is all about him. Not other else.
So, yeah, I just wondering, what I have to do if I was locking on others heart, not him.
"Congratulation, we are in the same frequency." I sent to him that sentence. Definetly, he would be starring and puzzling.
Nature will find you a location, time, and  a way to meet you with a person that match with you, forever.

He called me and he said "You made me shocked!
I thought there was a luckiest man who can get your heart. And he is not me."
I was still silent.
"You made me jealous with my self!"
"Haha. Gotcha!" I was laughing.
"Meet me tomorrow at 4 pm in a usual place", he said.
"Okay", then the phone was ended.

I thought I was late. The place was so silent. I was getting a bit nervous. "Hey!", he was Dave smiled at me. "Hai. So what we gonna do?" I asked. "Be patient. Just take your sit, Princess". Hm.. I was melting, you know!
We were in a joking until serious discussion. I forgot the exact time, my parents and my family came along. They sat on the chairs. Dave approached them and I followed him behind.

I was confused. Dave sat in front of my dad. He asked my dad "May I marry your daughter and make her as my Queen, Sir?".
😳 I cannot smile.
"This is only my imagination", I speak by myself.
"You have to finish your uni life first, then marry my Princess", my superhero answered him wisely.
I did not know what happened, Dave succeed made me cried in front of people.
Tomorrow, is our weeding day! Please come and join us. #Dave&Ann
-The End-

A short story about #Dave&Ann
By Nabilah Haruna
My 2nd English Short Story.

If you find any errors, please tell me. I am really happy for a critics, suggestion or any comments from you guys!
Btw, happy Thursday Night. Good night. Nice dream for all💕

Senin, 29 Juli 2019

Z&Z | Cerpen Karya Nabilah Haruna

Follow ig saya @nabbslll
Subscribe Youtube saya Nabilah Haruna
🤗💕


       Bagaimana aku bisa bilang "sayang" sementara kamu tidak mengasihiku?
Apa jadinya aku tanpamu? Ah, biasa saja. Bukankah sebelum bertemu kamu, aku terbiasa sendiri dan mengerjakan semuanya seorang diri?

"Lalu, untuk apa aku hadir?"
Tanyakan pada rumput yang bergoyang

#SebuahCeritaPendek
-nabilahharuna-

      Sore itu, senja begitu elok. Merona berwarna jingga. Kebetulan, aku sedang cuti ibadah. Biasalah, dapat jatah libur bulanan. 🤭
Aku duduk di belakang balkon rumahku. Ku pandangi lamat-lamat, "Indah nian langit ini. Anginnya sepoi, sayup-sayup mataku disapunya". Begitu aku bersenandung, eh bersyair. Hehe.
Sekejap ku lupakan rasa sakitku. Kemarin malam, telepon darinya begitu mengacaukan pikiranku. Kenapa pula dia harus meracau tidak jelas seperti itu?
Ah, sudahlah.

       Aku duduk hingga jingga berubah ungu kebiruan. Pernah lihat aurora? Ya seperti itu lah kira-kira bentuknya. Galaksi dan bintang gemintang sedang menari di angkasa. Kicau burung masih terdengar sesekali. Mungkin kesasar, lupa jalan pulang.
Ku nikmati betul pemandangan hari ini. Hm... tanggal 3 Maret 2003.
Aku ingat sekali. Tanggalnya cantik, yang membaca ini pun cantik. Kamu sedang tersenyum ya? Wah manis sekali. Coba deh senyumnya begitu terus kalau ketemu orang baru. Jangan judes, ntar kamu dijauhi orang lagi. Hehehe. Yah balik ke topik.
Malam ini aku duduk di balkon belakang rumah. Rumahku lantainya ada banyak. Ya masa cuma 2? Kan lantai banyak kan? Ratusan. Aku belum sempat hitung sih. Coba deh dihitung pasti lebih dari 2. Tingkatannya yang dua. Ya begitulah pokoknya. Rumahku bentuknya rumah panggung. Bukan untuk konser ya.

        Kamarku bersebelahan dengan dapur yang waktu kecil sering ku pakai jadi kolam renang. Bisa bayangin gak? Gak bisa pasti. Ya sudah, tidak usah dipaksakan. Imajinasi dan perasaan itu sama, sama-sama tidak bisa dipaksakan. 🤭😂
Di rumah berlantaikan papan jati itu, aku yang berkuasa penuh. Punya otoritas atas kesejahteraanku bersama rakyatku. 🙄 Eh gak kok bercanda. Jadi kakakku itu sedang merantau jauh sekali. Daerahnya cukup modern. Adikku pun sering ke luar kota bersama Bundaku. Ayah sih yang selalu stay at home almost 24 hours. Ayah bekerja sebagai Arsitek Proyek Besar. Beliau kerjanya lebih banyak di rumah.

      Karena aku anak rumahan, nongkrongnya kalau bulan di balkon, taman, manjat pohon mangga, atau di ruang kerja Ayah.
Ayah punya banyak koleksi gambar. Aku sering diajaknya mencorat-coret kertas gambar yang sudah dibelinya dari Jakarta. Kalau ke Jakarta, Ayah selalu mengajakku. Di usia 12 tahun, aku sudah jadi asisten Ayah. Mencatat keperluan Ayah selama bekerja, sebab Ayah begitu pelupa. Pensilnya kadang ditinggalkan di nakas tempat tidur, bawah ranjang, bahkan parahnya ada di sela tempat sikat gigi. Ayahku memang aneh. Sedikit lebih banyak cerobohnya dibanding Bundaku yang super disiplin. Bunda bekerja sebagai Diplomat. Sedang tugas di Aussie.

      Kapan hari, Ayah bercerita tentang kisah pertemuannya dengan Bunda. Romantis sekali. Sungguh. Aku sampai baper dibuatnya. Di usia 12 tahun adalah usia pertama kali aku mendengar kisah cinta. Ayah bilang, Bunda adalah cinta pertama dan terakhirnya. Meskipun Bunda super sibuk, Ayah selalu memahaminya. Tidak ada yang bisa sepaham Ayah dalam mengimbangi Bunda. Ayah bilang, "Bundamu 1 diantara Sejuta".
Kalau Bunda pulang, Ayah selalu menciuminya dengan sayang. Ayah juga sering menggendong Bunda dari sofa ruang keluarga menuju taman. Kami berlarian puas sekali.

       Aku jadi bercita-cita menjadi seorang Arsitek.
Sampai akhirnya, bukan aku yang jadi arsitek tapi dia.

Dia yang nyatanya mampu menaklukkan hatiku yang keras layaknya batu karam di lautan.

Kami bertemu di selasar perpustakaan kampus. Di sana ada bazar buku. Aku sedang mencari buku Psikologi karena aku mahasiswi Humaniora yang hobi membaca gerak gerik manusia. Ternyata dia pun mencari buku yang sama.

      Tangan kami hampir bersentuhan, memegang buku yang judulnya sama "Menaklukkan Dengan Moral".
Sampulnya berwarna biru. Ada gambar love dan panah di sana. Entah maksudnya apa. Usiaku 18 Tahun dan sudah masuk semester 5. Iya aku akselerasi sejak TEKA. TK hanya setahun karena bosan bermain terus. 😅
ESDE 4 tahun, ESEMPE 3 TAHUN dan ESEMA 3 Tahun. Pokoknya beitulah. Wajahku pun masih mungil sekali, macam bocah. Dia tersenyum, "Mbak mau beli ini?", "iya", kataku pendek. "Ya sudah ambil saja, mbak.", "Masnya gimana?", "Gak apa saya cari yang lain saja.", "Buat mas saja. Mungkin mas lebih butuh."

        "Mbaknya lebih antusias dan berbinar matanya mau beli buku ini. Silakan. Ambil saja". Dia tersenyum, manis sih tapi ah gak ah bukan tipeku.
"Oke, makasih", balasku dan berlalu membayar ke kasir yang matanya sedang bergerilya memandangi mas tadi.

Selang sebulan kemudian, ada bazar lagi. Kami jumpa lagi. Aku sudah mundur ke belakang saat melihat batang hidungnya. Ini kali ketiga kami bertemu. Hari itu, dia pakai kemeja biru langit. Warna kesukaanku. Dia menyapaku, "Mbak yang kemarin beli buku itu kan?", "Iya", "Saya Zein, kalau mbak?", "Zahrah".

--------

Sejak perkenalan itu, kami sering terlibat pertemuan di selasar perpustakaan. Hingga janjian setiap Rabu buat PKM di pojok ruangan dalam perpus yang super cozy dan adem banget.

Zein: "Ra, follow igku dong"
Zahrah: "Ogah!"
Zein: "Kok gitu jawabnya?"

Pemirsa, Zein yang rupawan, menawan dan jadi primadona kampus setelah dia di tetapkan sebagai Mawapres Utama adalah sosok yang sangat manja dan bawel bersamaku. Aku bahkan berasa punya bayi gede. Entah bapaknya di mana. Haha.

Kita sudah 3 bulan terakhir ini sering kerjain proyek tapi Zein tidak pernah melihatku memakai ponsel. Kerjaku hanya membuat gambar, desain dan notebook yang selalu ku bawa di ransel ku.

"Aku gak punya HP, Zein. Kata Ayah, putrinya ini gak boleh dibiarin pakai HP nanti digodaian cowok nakal tukang PEHAPE". Jelasku padanya yang sudah seriiiing banget minta nomor whatsapp tapi yang ku kasih malah nomor Bunda dan Nomor Ayah. Walhasil, dia malu. Haha.

"Terus, itu Ayah kamu yang kemarin balas chat aku?", matanya membelalak. Pipinya memerah. Baru kali ini aku melihat rautnya demikian.

"Iya. Emang kamu chat apaan? Kok Ayah belum cerita?", tanyaku begitu polos.

"Aku bilang Aku Rindu Kamu Ara".

"Hah? Sumpah? Wah cari masalah emang nih bocah. Pantesaaaaan Ayah gak ngomongin aku dua hari ini. Wah gak beres kamu. Udah ah aku balik duluan. Panjang nih ceritanya."

"Kamu ada hubungan apa dengan Ayahmu?"

"Aku anaknya. Gimana sih?"

"Ada berita Ayah dan Anak punya hubungan lebih dari itu."

"Astagfirullah ngaco kamu! Ayah gak bolehin aku pacaran, kenal cowok, telponan, boncengan, chatan, sampai usiaku genap 20 tahun. Kenapa? Karena Ayah bilang cowok itu banyak yang nakal. Harus cari kayak Ayah. Yang baik."

Jelasku panjang kali lebar sama dengan luas.

"Aku gak percaya."

"Ya sudah bodoh amat!"

Aku bergegas dan mengambil tasku dari locker. Zein masih duduk terpaku dan membiarkanku berlalu.

Di rumah, Ayah duduk di sofa. Melengkungkan lengan dengan tidak ramah memintaku duduk di depannya.

"Ara, duduk. Ayah mau bicara".

Firasatku terjadi.
Aku duduk dan menatap Ayah canggung.

"Berapa usia Ara sekarang?"

"18 Tahun lebih 6 bulan, Yah"

"Berapa Tahun lagi menuju 20?"

"1 tahun 6 bulan, Yah".

"Artinya?"

"Ara bentar lagi Wisuda, Yah"
Jawabku polos. Ya kan memang harusnya usia 20 aku udah wisuda dong. Wisudawan termuda tentu saja.

"Bukan itu. Yang lain. Masa kamu lupa?"

"Gak paham, Yah". Jawabku lagi.

Aku berusaha untuk tidak menyebut kata pacaran. Sumpah aku malu. Ish dasar Zein geblek.

"Ayah di chat sama teman kamu. Dia bilang dia rindu sama Ara. Senyumnya ara dan tingkah konyol Ara."

"Hah? Kok bisa dia bilang gitu?"

"Karena Ayah balas seolah-olah itu kamu."

Alamak Ayah jahil betul. Pantes aja.

"Dia bahkan ungkapin perasaannya loh."

What? Sumpah? Wah parah.

"Mana? Coba Ara lihat" pintaku dengan masih tidak percaya.

Pantas saja akhir-akhir ini Zein tingkahnya aneh. Dia membantuku tanpa ku minta. Membelikanku makanan di kantin yang jauh ya 100 meter dari jarak perpus. Dia juga yang bayarin. Selama ini, aku tidak dibiarkannya mengeluarkan uang sepeserpun. Entah kenapa aku rasa anak itu nyaman denganku. Tapi aku gak geer sih. Mungkin aku hanyalah salah satu dari jutaan yang sudah membuatnya lebih nyaman.

Aduh kenapa aku ini. Temponya singkat hanya 3 bulan.

"Dia ingin meminangmu. Sebelum kamu sampai ke rumah, dia menelpon Ayah dan meminta Ayah untuk bertemu. Dia bilang kamu mau pulang. Makanya Ayah minta kamu belanja dulu biar agak lama pulangnya."

Pantes aja tiba-tiba ayah mengirim email dan memberi perintah untuk singgah di Pasar beli sayur mayur, buah, bumbu, ikan, ayam, karena memang yang masak di rumah aku sama ayah aja. Kan Bunda 5 kali sebulan baru di rumah.

Aku diam. Terperangah. Secepat itu?

"Dia usianya beda 5 tahun dari kamu. Dia membangun perusahaan kecil yang memang dikhususkan untuk membuat denah rumah dan lain sebagainya. Dia itu sudah dapat sertifikasi keahlian arsitektur sebelum dia sarjana. Kamu tahu gak kalau dia itu kandidat Doktor di kampusmu?"

Hah? Doktor? Bocah itu doktor? Yang benar saja. Kok aku kudet ya.

"Ayah sudah mengenalnya karena Ibunya adalah klien Ayah dulu. Dia juga baru tahu kalau selama ini yang membalas pesannya itu Ayah bukan Ara."

"Wait... kok Ara gak pernah tahu semua itu? Ara cuma tahu dia anak psikolog. Kami kerjain paper loh yah. Mau diajukan sebagai PKM. Doktor kan gak bisa".

"Dia itu pembimbing kamu. Kamu gimana sih? Kamu gak pernah tanya dia?"

Malas banget ya aku tanya tentang dia. Selama ini yang kepo itu dia ke aku. Wah ini parah. Pantesan banyak dosen yang sapa dia. Aku pikir dia mawapres. Ternyata dia sejagat raya prestasinya.

Ampunilah aku Tuhan.

"Jadi gimana, kamu mau nikah sama dia?"

"Gak. Astagfirullah, Ayah. Pacaran aja gak boleh apalagi Nikah. Ayah bilang 20 Tahun. Terus ayah bilang harus sama kayak Ayah. Kalau Zein itu cowok nakal gimana? Ah aku gak mau". Aku ingin segera mengakhiri pembahasan yang mengejutkanku ini.

Selama 3 bulan akrab dengan Zein, aku benar-benar tidak pernah tertarik dengan kehidupannya. Siapa dia, pendidikannya, jurusannya, gak ada sama sekali. Kita hanya ngobrol banyak hal. Seputar psikologi nyambung, dunia gambar menggambar apa lagi. Waduh emang parah aku.

Besoknya, aku duduk di taman perpus. Mendengar murottal dan membaca Ayatul Kursi. Siapa tahu aja banyak setan yang menganggu pikiranku sekarang.

Zein tiba-tiba duduk disampingku dan berkata, "Selamat Pagi Calon Istriku".

Aku menyengitkan dahi, dan tmengabaikannya. Siapa pula dia mengakuiku sebagai calon istrinya? Enak aja.

"Ara sayang, kamu kenapa? Marah ya?"

Aku melepas earphone ku dan menghadap ke wajahnya.

"Maaf, Pak. Saya masih bocah. Tidak selevel dengan bapak. Jam 7 tadi, ada perempuan cantik menghadangku di cafetaria fakultas. Dia bilang aku harus menjauhi Bapak Zein karena dia keberatan aku selalu menjadi perbincangan di keluarga bapak. Maaf Pak saya tidak tahu kalau bapak bukan mahasiswa S1 seperti saya. Saya pamit". Kataku sambil menunduk.

"Tunggu. Saya harus jelaskan semuanya sekarang, Ara".

"Ayah sudah jelasin. Semuanya sudah jelas. Saya belum kepikiran untuk menikah. Silakan mencari yang lain saja. Tolong, jangan menemui saya lagi. Maaf kalau selama ini saya lancang. Saya minta maaf. Terima kasih sudah jadi sahabat yang baik. 3 bulan yang berarti."

Aku meninggalkan taman itu bersama Pak Zein yang berkaca-kaca matanya.

Sejak saat itu, aku tidak lagi mau mengunjungi perpustakaan itu. Aku memilih mencari perpustakaan lain. Aku selalu menghindari tempat di mana Pak Zein bisa melacak keberadaanku.

6 bulan aku kucing-kucingan. Berusaha melupakan semuanya. Tapi, ada hari di mana aku melihatnya bersama perempuan lain. Bukan perempuan yang mencegatku. Dia lebih modis, sederhana dan rambutnya di gerai begitu saja. Sempurna. Mereka pasangan serasi.

Entah kenapa mataku tertangkap basah. Pak Zein mungkin merasa sedang ada yang memata-matainya saat itu. Dia menangkap objekku dan aku bergegas.

"Inikah patah hati?", tanyaku seorang diri.

"Aku rindu, Zein"....

****Tamat****

Selasa, 25 Juni 2019

Kilas Balik AYIMUN 2018


Sudah banyak banget yang nanyain soal AYIMUN. Kegiatan Internasional pertama yang saya ikuti dan juga merupakan kali pertama menguras otak lagi setelah beristirahat sekian lama.

Semenjak duduk di bangku kuliah tahun 2016 bulan Agustus silam, saya memutuskan untuk beristirahat dari pundi-pundi kejayaan mengikuti lomba. Alhamdulillah beberapa kali mewakili Sulawesi Barat ke tingkat Nasional sejak SMP hingga SMA.

Saya pun pernah mengalami keteteran karena harus mengejar ketertinggalan proses PBM di SMA. Jadinya, saya harus ekstra memburu selama 3 bulan untuk 3 tahun, begitu istilahnya. Alhamdulillah, Allah Maha Baik karena membantu saya bisa lolos Ujian Nasional berbasis Komputer itu. Saya juga berhasil lolos ke kampus tercinta dengan jalur SNMPTN. Jadinya, saya capek deh. Lelah bukan main. Otak sudah terkuras selama bertahun-tahun.

Setelah hampir 2 tahun mengenyam pendidikan dibangku kuliah, saya lantas tidak hanya tahu kos dan kampus saja kok. Saya tetap aktif berkegiatan di lingkup masyarakat. Saya lebih banyak terjun ke lapangan, bukan lagi lomba-lomba dan sejenisnya. Saya aktif jadi relawan, bahasa kerennya Volunteer. Saya beberapa kali jadi tutor bahasa Inggris secara gratis untuk umum, jadi tutor di panti asuhan, dan baru-baru ini selesai masa kontrak menjadi tutor bahasa Indonesia bagi penutur Asing. Pengalaman saya menjadi seorang tutor tentu tidak bisa saya lupakan dan begtu membekas di memori saya. Berkesempatan menjadi tutor sebaya mahasiswa asing dari berbagai negara, mulai dari Thailand, Amerika, terakhir ini dari Taiwan.

Selain itu, saya juga aktif menulis sehingga bisa menghasilkan dua hasil karya. Pertama adalah Surat Terakhir dan yang kedua adalah Rahasia Menulis Essay Bantu Kamu Lolos Beasiswa Unggulan, tanggal 9 Juni 2019 kedua buku ini saya launching di Pambusuang, Sulawesi Barat.
Saya juga aktif menjadi pemikir dan konseptor berbagai kegiatan yang diadakan oleh organisasi daerah IKMSB Malang.

Back to the topic~

Saya rindu sekali dengan lomba pada akhirnya. Saya ternyata tidak bisa terlalu lama membiarkan otak saya beristirahat. Saya terlalu cemburu dengan teman-teman sejawat saya yang dulunya pernah satu lomba bahkan sampai sekarang saya dianggap sebagai pesaing tangguhnya. Hehe. Itu perasaan mereka saja, kalau saya mah menganggap semua lawan itu kawan.

Saya akhirnya mencari dan mengumpulkan banyak informasi mengenai event Internasional. Saya sudah cukup puas berkeliling Nusantara secara gratis melalui lomba-lomba yang saya pernah ikuti, meski belum semuanya saya kunjungi. Sehingga, cita-cita sejak kecil saya keliling Dunia secara gratis ingin saya realisasikan. Tahun 2018, saya gencar mencari dan menyeleksi sendiri apa yang bagus dan memang cocok dengan kemampuan saya. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Asia Youth Model United Nations yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada bulan November yang lalu.

Awalnya saya sedikit tidak percaya diri, apakah bisa berangkat atau tidak karena biayanya cukup mahal. Tapi saya punya beasiswa, yang saya rasa cukup membantu saya untuk berangkat. Tidak berhenti sampai disitu, saya mencari informasi cara untuk bisa pergi dengan sponsorship. Saya juga cari senior yang berkali-kali dapat sponsor dari kampus. Alhamdulillah saya ikuti semua alurnya dan nikmati segala prosesnya, saya pun dapat sponsor dari Fakultas Sastra dan Universitas Negeri Malang. Biaya kegiatan dan tiket pesawat pulang pergi. Sungguh, pengalaman yang luar biasa.

Perjalanan saya ke Thailand sangat menyenangkan. Ditambah lagi saya yang sengaja membeli tiket yang transitnya lama di Singapura. Sekali menyelam, minum air banyak-banyak. Satu kali perjalanan, dua negara dikunjungi. Akal bulus yang cerdik dan super positif.

Saya bisa menyusuri jalanan di Bangkok. Sebenanrnya tujuannya bukan jalan-jalan tapi jadi wakil negara alias seperti diplomat begitu.

Saya jadi delegasi New Zealand yang membahas tentang Bitcoin. Saat menulis paper statement mengenai bitcoin di negara orang lain itu susahnya bukan main. Saya sampai nangis saking stressnya. Saya hampir depresi juga. Hampir menyerah? Tidak sih.

Saya tidak kehabisan akal. Saya chat pribadi panitianya meminta untuk berbaik hati mengganti council saya dari IMF ke UNESCO tapi tidak boleh. Sedih banget. Akhirnya saya pun mencoba menerima dan legowo atas apa yang sudah ditakdirkan untuk saya. Saya membaca banyak artikel tentang IMF. Mencob memahmi tapi saya tidak paham-paham juga. Saya baca panduan yang disediakan panitia malah saya makin meringis kesakitan. Saya pun meberanikan diri untuk chat chairmannya. Saya meminta untuk dibuat mengerti dengan bahasa yang sederhana. Setelah berdikusi panjang lebar dengan chairman dan banyak orang yang paham tentang ekonomi, otak saya bisa berjalan semestinya.

10 hari sebelum pengumpulan akhir, saya mencoba menulis hal yang sudah saya pahami. Tidak sedikit artikel yang saya tamatkan membacanya agar tidak keliru. Selain belajar ekonomi, saya juga menggali ilmu tentang New Zealand. Negara yang akan saya perjuangkan di sidang ala PBB nantinya.


Singkat cerita, kegiatan AYIMUN cukup menarik dan menantang. Tadinya saya juga nervous harus bagaimana karena saya newbie alias orang baru dalam kegiatan ini. Di dalam ruangan besar itu, saya memperhatikan dan menganalisa sendiri cara bermainnya. Sampai saat saya paham, saya pun ikut arusnya dan ternyata tidak semenakutkan itu.

Saya dua kali naik ke podium menyatakan hasil pemikiran saya dan banyak disetujui oleh peserta sidang. Momen yang tidak bisa dilupakan.

Setelah seharian full, siang sampai malam kita sidang, saatnya jalan-jalan. Saya sudah ke pasar terkenal di sana, lupa namanya. Tapi ada juga hal yang menakutkan yang saya alami di sana. Saya pernah cerita di snapgram waktu itu.


Saya ke suatu market night yang ternyata tidak sesuai dugaan kami. Ternyata di sana menjual bir, dan diskotik sepanjang jalan. Para bule mancangeara ada di sana. Pakai pakaian mini, menari bersama lawan jenis, minum bir sembarangan, ciuman di tengah jalan Sungguh, itulah neraka yang nyata bagi saya. Saya ingin menangis. Bagaimana jika Allah ikut melaknat saya? Saya menahan napas, dan buru-buru mencari jalan keluar. Jalannya cukup jauh. Hampir 500 meter saya berjalan. Saya tidak minat lagi beli apa-apa di sekitar pasar itu. Saya cukup syok melihat pemandangan yang saya pikir hanya akan saya baca dalam artikel, berita atau di video yang sembarangan tidak sengaja dilihat. Sunguh, saya terguncang malam itu. Saya panik dan ketakutan. Lebay memang, tapi itulah kenyataannya. Naudzubillahimindzalik. Saya jadi parno setelah malam itu. Maunya nangis aja kalau ingat kejadian itu.

Untuk melupakan kejadian itu, besoknya kita jalan-jalan lagi. Kali ini, harus baca review di google dulu. Ke pasar Thailand yang serba murah. Saya jadi jubir teman-teman. Saya berbahasa Inggris campur sign language karena mereka mempercayai saya bisa berkomunikasi dengan baik dengan driver dan orang-orang yang tidak begitu lancar berbahasa Inggris di sana. Agak lucu memang, tapi seru banget.
Suasana Simulasi Sidang PBB "International Monetary Fund"
Pict by Nabilah Haruna




(to be continued)

Sabtu, 04 Mei 2019

Istana Bersama

Aku mengecam rindu yang menyiksa.
Batinku sesak hingga hampir roboh pertahananku.
Entah di mana dan bagaimana ia kini?
Hatiku tak luput menyebut namanya dalam rapalan doa.
Ku minta-Nya beri perlindungan untuk raga, jiwa, dan batinnya.

Bila bisa berkata yang jujur, siapa pula yang mau seperti ini?
Merentang jarak dan sengaja mengulur waktu.
Padahal sungguh, hati tak bisa diajak kompromi.

Hai, apa kabar?
Sapaku dari jauh.
Tidak terdengar, namun resonansi cinta menyampaikan pada telinga yang langsung sampai ke hatiku.
Semoga kau pun begitu.

Kita sudah se-frekuensi.
Se-jalan dan se-pemikiran.
Tapi apatah boleh dikata, bila mewujudkan cita-cita orang tua haruslah jadi prioritas utama. Sebelum dijemput olehmu, duhai cinta yang candu.

Semua akan Indah pada Waktunya, asal kita rela dan mau untuk lebih banyak menyetok sabar dan ikhlas.

Aku mau kamu bertahan.
Dan aku mau aku pun bertahan.
Dengan tujuan kita yang selaras.
Tanpa batas dikemudian hari.

Merencanakan masa depan bersamamu.
Mengarungi bahtera lautan samudera dengan ombak yang kadang sadis menerjang, badai yang sulit untuk pulang, dan api yang kadang menggelora.

Biarlah kita berjalan masing-masing.
Asal hati tetap saling bertautan.

Namun pabila andai mata dan hatimu tidak lagi setia, maka rela yang hanya akan jadi senjata.

Apakah secepat itu untuk ikhlas? Mungkin tidak, namun kan ku usahakan.

Tetapi, sungguh aku tidak ingin menerka sesuatu yang jauh melampaui nalarku.
Yang ku mau hanya berdoa yanh terbaik.
Semogakan engkau menjadikan ku pelabuhan terakhir untuk kau singgahi dan kau jadikan tempat untuk menetap.

Dengarlah sayang,
Rumahmu ada di sini.
Pulanglah jika penatmu sudah terlalu menyerang keringat terlalu deras.
Pelukku akan jadi penghangatmu, dari dinginnya dunia yang kata mereka begitu kejam.

Biarlah mereka menertawai kisah kita yang belum lengkap.
Akan ada waktu yang penuh suka cita, mengabadikan kita dalam sejarah.

Kali ini, aku tidak ingin menyesali apapun yang pernah terukir bersama.
Pahatannya indah, bak khatulistiwa melukis pelangi.

Aku tidak mau bilang cinta tanpa bukti yang nyata.
Segeralah datang, dan jemput aku.
Di sini, di tempat kita mendesain istana bersama.

-nabilahharuna-

Beautiful Love Story

4 May 2019

Jumat, 19 April 2019

Mantu Idaman untuk Mama

Beberapa pekan terakhir, lagi sering berdiskusi soal asmara dan ujung-ujungnya bahas sosok lelaki idaman yang sekiranya layak jadi pasangan hidup.

Mama, adalah satu-satunya teman diskusi yang paling lucu saat membahas hal ini. Mama pasti mengaitkannya kepada sosok Papa yang tidak ada duanya.

Papa yang setia, papa yang berani, papa yang pekerja keras, bertanggung jawab, dan satu hal yang tidak boleh dilupakan, papaku ganteng.

Hehe.

Mama berpesan kepadaku, putrinya yang sudah menginjak usia 21 tahun dan sedang galau masalah hati dan perasaan yang akhir-akhir ini mengacaukan fokus, melululantahkan tembok cina eh cinta eh cita ding. Apasih. Wkwkw.

Mama bilang gini, "Kalau ada yang baik, sholeh, sudah punya kerjaan, mama terima nak. Mama restui. Asalkan kamu selesaikan dulu S1mu, kejar cita-citamu kuliah S2 di luar negeri, punya kerjaan sendiri. Karena jaman sekarang, perempuan harus punya penghasilan sendiri biar laki-laki tidak semena-mena sama kita. Mereka tidak bakalan mudah menyeleweng karena kita punya uang sendiri. Kita mandiri. Kita kuat."

Selain itu, putrinya ini sempat curhat soal poligami. Mama angkat bicara, "Alhamdulillah papamu sekalipun tidak pernah bahas poligami. Berniat saja tidak ada."

"Memuji perempuan cantik pun tidak pernah. Karena papamu menjaga hati mama."

Tahu betul bagaimana hati mama akan sakit kalau menyebut atau memuji perempuan lain. Papa memang idaman. Saya pernah beberapa kali mencoba menggoda papa, "Pa cewek itu cantik ya?". Dengan singkat papa menjawab, "Ah mana ada itu cantik? Biasa aja". Wkwkw kasian sekali cewek atau perempuan itu.

Faktanya, papa dulu juga primadona di sekolahnya. Papa seorang atlit sepak bola, takraw, tennis meja, bulu tangkis, dan beberapa cabang olahraga lainnya. Performa papa di bidang olahraga dipuji banyak orang. Utamanya kaum hawa. Tidak sedikit yang mengirimi papa surat cinta. Tapi papa malah mengirimnya ke mama, tanpa papa baca terlebih dahulu. Dibalas pun tidak. Oh tega sekali. Wkwwk.

Mama dan papa saling mengenal sejak SMP. Dulu, pacaran tidak seperti sekarang. Semuanya tidak terlihat. Hanya sahabat terdekat saja.

Singkat cerita, mama dan papa menikah setelah mama punya kerjaan dan penghasilan tetap sebagai guru Bahasa Inggris. Sebenarnya, papa sudah lebih dahulu bekerja. Saat mama kuliah, papa bekerja di PDAM. Papa menabung untuk biaya pernikahannya. Di masa seperti itu, mereka LDR-an. Tidak ada yang bisa menebak dan memprediksi masa depan. Tetapi cinta mereka tidak pudar. Walau mama ada di Makassar, papa tidak alpa berkunjung ke rumah mama di Tinambung. Bersenda gurau dengan calon ibu mertua, calon bapak mertua dan calon iparnya.

Kisah cinta klasik yang menyejukkan hati.

Siapa bilang mamaku bukan primadona? Mama juga banyak disukai kaum Adam. Pasalnya, mama dikenal sebagai perempuan cerdas, kreatif, dan mandiri. Parasnya mungkin tidak secantik model atau selebriti, tapi pancaran kharisma dalam dirinya membuat mama dicintai dan disenangi banyak orang dan banyak kalangan.

Bahkan saat mama sudah resmi dilamar oleh papa, masih ada yang nekat mau meminangnya. Duh duh.

Ini adalah kisah cinta pertama dan terakhir yang diabadikan dalam sebuah pernikahan. Mereka menikah 26 Desember 1993, tepat 25 tahun yang lalu. Dikaruniai 3 anak perempuan dan sekarang mama papa sudah punya 2 cucu yang lucu. Jagoan.

Siapa yang tidak mau meneladani kisah mereka? Apalagi saya sebagai putri kandungnya.

Mama pun mengutarakan sosok menantu idamannya.
1. Tidak merokok
2. Bacaan sholatnya bagus
3. Bisa jadi imam sholat
4. Pandai memimpin
5. Pergaulannya baik
6. Dari keluarga baik-baik
7. Mapan (apapun pekerjaannya asalkan halal)
8. Tidak pelit alias dermawan
9. Bukan pecandu narkoba dan minuman keras
10. Tidak berniat poligami
11. Setia
12. Pengertian
13. Perhatian
14. Menyukai anak kecil
15. Memahami isi hati pasangannya
16. Menyayangi orang tua
17. Yang paling penting agama dan akhlaknya bagus
Dst.

Poin 10 dan 17 ini yang sulit dicari zaman sekarang. Tapi semoga bisa menemukan menantu idaman untuk mama.
Aaamiin Allahumma Aamiiin.

Segenap hati ingin mengabdi pada mama dan papa. Sempat berpikir untuk menikah setelah wisuda sarjana, tapi diingatkan lagi dengan target serta cita-cita yang sedari dulu dipersiapkan.

Belajar ilmu pra-nikah dari berbagai kajian di Youtube ustadz-ustadz, belajar memahami karakter suami dan istri, tanggung jawab masing-masing, hak dan kewajiban, serta mempelajari usia yang matang untuk menikah. Tidak lupa, belajar ilmu parenting, ilmu untuk mendidik anak-anak. Toh menikah tentu punya tujuan melahirkan generasi penerus. Perempuan akan menjadi ibu, madrasah pertama untuk anak-anaknya.

Terngiang terus dibenakku tentang amanah almarhumah Nenek Ibu, "Didiklah anakmu 25 tahun sebelum menikah".

Usia 25 tahun cukup ideal untuk menikah. Matang secara mental dan fisik. Bisa mengontrol emosi dan tidak labil.

Sekarang, waktunya kembali fokus menyelesaikan studi akhir. Mengejar cita-cita dan mempersiapkan diri agar nantinya ketika Allah berkata sudah saatnya dipertemukan oleh sang Raja, maka saya sudah siap. Lahir dan batin. Inshaa Allah.

Untuk Raja masa depanku,
Jikalau membaca ini, semoga kamu bisa memenuhi semua tipe idaman mama ya.
Tidak merokok juga cool banget di mataku. Lagian, orang merokok paling ku benci apalagi menghebuskan asap di sekitaranku. Tidak beretika sama sekali. Jadi, kamu jangan merokok ya. Sayangi paru-parumu.

Kamu, Raja masa depanku.
Pemimpin dan nahkoda kapal yang berisi kita dan keluarga kecil nantinya,
Jaga hati baik-baik.
Jangan suka menggombal perempuan.
Memujinya cantik.
Apalagi berniat poligami.

Semoga kamu, dijaga oleh Allah.
Sampai jumpa di masa depan.
Jika bukan di dunia, kita bertemu di surga ya.
Kalau beruntung, semoga kita disandingkan di dunia dan di surga.
Aaamiiin Allahumma Aamiiin.

Ku benamkan cintaku padamu
Ku titipkan rasaku pada-Nya.

Bersabarlah duhai hati,
Untuk dipertemukan denganmu,
Sang Raja di hati.

-nabilahharuna-
Malang, 19 April 2019

Selasa, 19 Maret 2019

Faqih, inspirasiku

Faqih, si kecil yang lincah dan tangguh sejak dalam kandungan Bundanya. Satu-satunya laki-laki setelah papa yang ada di dalam rumah sejak 2012. Bayi ini menakjubkan. Lahir saat bulan Syawal. Kelahirannya disaksikan oleh dua keluarga besar dari mama dan papa (waktu itu ada reuni keluarga besar). Dia lahir setelah Isya. Saat Bulan dan Bintang berada pada titik sejajar. Bulan Purnama waktu itu. Pangeranku, pengejuk mataku. Penghibur semua orang di rumah. Keceriaannya begitu menghangatkan. Ponakan pertama sekaligus lelaki sematawayang papa dan mama (cucu yang dianggap anak terakhir)sampai tahun 2019 awal. Perkembangannya cepat. Dan saya adalah orang yang paling dekat dengannya, menyaksikan tumbuh kembangnya. Bahkan bereksperimen dengan dia😅 Sumber inspirasiku. Seorang bocah yang mampu membuat nabilah berubah. Dulunya tidak mau dipanggil tante dan malu jadi seorang tante (padahal udah banyak banget tuh ponakan dari sepupu). Tapi Faqih mengubah segalanya. Saya lebih suka memanggilnya 'nak' daripada 'dek'.

Diusia saya yang masih SMP saat itu memang masih kaku menyebut 'nak', tepat di usia SMA saya lebih suka menyebutnya 'nak'. 'Anakku' karena darinya saya mulai belajar arti penting seorang Ibu. Saya memang bukan ibunya, tapi saya punya andil besar dalam membesarkannya bersama Mama dan Bundanya.

Kisahnya mungkin tidak seindah anak kebanyakan. Tapi dia mampu menginspirasi banyak orang. Suatu saat nanti, saya ingin menuliskan dan membuat karya khusus tentangnya. Tentang kehidupan seorang anak ajaib yang lambat bicara tapi mampu melafadzkan adzan, bersholawat, dan cinta lagu-lagu berbahasa Arab.

Kami, yang mencintainya percaya seorang Ahmad Faqih kelak akan menjadi pesohor Agama, pemuka Agama, pecinta Agama dan semoga bisa menjadi seorang Hafidz Quran yang akan menyelamatkan kami di akhirat kelak.

Anakku, Bunda Ila mencintaimu.
Selalu.
Selamanya.

Berasa punya anak kandung meski belum pernah mengandung (bersuami aja belum)🤣

Kenapa akhirnya saya melakukan penelitian tentang Speech Delay? Karena banyak orang disekitar kami yang sok tahu dan sok pintar melakukan justifikasi terhadap pangeran pertama ku ini.

Mereka bilang Faqih autis.
Mereka bilang Faqih bodoh.
Mereka bilang Faqih anak nakal.

👶

Saya memang bukan ibunya, tapi saya tersinggung dan sakit hati. Marah semarah-marahnya. Begitu juga mamaku, papaku, apalagi bundanya.

Kami diam. Kami hanya berdiskusi. Kemudian memutuskan untum menutup telinga.
Biarlah kami menjaga dan merawat pangeran kami sebaik mungkin. Biarlah orang menertawakan dan mengejek.

Saya yang akan mematahkan argumentasi mereka dengan KARYA NYATA.
Saya membuat penelitian saat ini tentang itu. Untuk skripsi saya. Dan semoga kelak saya bisa menjadi seorang yang dapat membantu orang tua yang memiliki anak speech delay untuk tidak lagi khawatir berlarut-larut.

Gelar Sarjana inshaa Allah akan saya dapatkan sebentar lagi (mohon doanya). Dan skripsi saya membahas tentang Speech Delay.

Inshaa Allah akan saya lanjutkan riset tersebut dijenjang Magister bahkan Doktoral Degree. Semoga Allah memberi umur panjang dan berkah.

Saya mencintai pangeranku, anak sematawayangku saat ini.

Sekarang sudah punya adik. Dia memang layak menjadi seorang Abang.

Dia penyayang sekali.
Dia cerdas sekali.
Dia imut sekali.
Dia ganteng sekali.

Ahhh rasanya tidak rela kalau nanti ada perempuan yang membuatnya jatuh cinta dan akhirnya membuat dia patah hati. Semoga saja dia langsung dipertemukan dengan jodohnya saja. Biar tidak perlu menye-menye. 😅🤲

Nak, kelak kamu bisa membaca ini.
Bunda Ila mencintaimu dengan tulus.

(Sering dipanggil Bunda dan Onty sama ponakan dari sepupu)

😷

Terdengar asik ya kalau bilang Bunda. Lebih dekat. Kalau onty masih ada gaps.

Okedeh Bunda Ila🤗

Oh Faqihku sayang, tumbuhlah dengan menjadi anak sholeh yang dermawan, gagah, berani, tangguh, dan menjadi lelaki bertanggungjawab.

I love you, nak.
Terima kasih telah menginspirasi onty sekaligus bundamu ini.

Ps: saking dekatnya sama Faqih, kalau ada yang tanya dia anaknya siapa? Dia bilang "anaknya Ila" 😅🤣

Senin, 11 Maret 2019

Belajar Terbiasa

Sulit juga ternyata membiasakan diri menjadi seperti sedia kala.
Menjadi biasa dan tidak berpikir hal yang mungkin tidak perlu dulu untuk dipikirkan.

Then, I against it.
Ternyata apa yang kita pikirkan dan kita rasakan bukan terjadi secara kebetulan. Itu sudah saatnya dan sudah tiba fasenya.

Sama, saat membicarakan hal yang nyeleneh, bercanda dan serius.

Berandai-andai pun dilarang. Ya sudah, kita bermimpi saja. Hehe.

Jika masuk ke dalam rumah orang harus mengetuk pintu, kenapa saat keluar rumah tidak pamit terlebih dahulu?

Bila memang perjalanan harus diakhiri segera, kenapa tidak berhenti saja?

🤔

Sehari, dua hari, tiga hari, sepekan, dua pekan, sebulan, tiga bulan, setahun, dua tahun, satu dekade, dua dekade, haha. Lama juga ya.

Apa penyebabnya ada pada letak usia dan kedewasaan?

Langkahku terhenti sampai disini. Menjaga jarak dan hati adalah yang terbaik.
Doaku teriring serta untukmu. Semoga terus bahagia dan tidak berhenti berkarya.

Aku hanya akan meneruskan tulisan-tulisanku. Membicarakan tentang apa saja. Dan semauku saja.

Ku pikir akan ada sebuah keputusan. Ternyata tidak juga.
Selama semuanya belum terlalu jauh, ada baiknya memang kalau tidak ku teruskan.

Hatiku terlalu rapuh untuk patah lagi.
Sudah sembuh dari kecewa, masa iya harus menanggung kecewa lagi?

Hoho tidak boleh. Ya tapi gimana dong? Kalau harus kecewa, ya sudah ikhlas saja.😊 Inshaa Allah, Allah ganti dengan kebahagiaan.

Kesibukan mungkin menyita waktumu sehingga sedikitpun tidak berpikir untuk menuntaskan pembicaraan. Tidak ada gunanya juga sih untuk membicarakannya lagi. (Maybe)

Sedikit-sedikit bibir melengkung ke atas, sedikit-sedikit melengkung ke bawah.

Benar juga ya, yang paling membuat bahagia, justru berbalik buat kecewa. Tapi kenapa harus dikecewakan kalau bisa dibahagiakan?

Haha.
😀

Minggu, 10 Maret 2019

Ikhlas

Kadang begitu, sebelumnya dan setelahnya pasti ada perubahan.
Andai tahu begini, mending memilih yang sebelumnya.
Tapi ya begitu, ini sudah pada tahap setelahnya.

🤔

Apa kabar?
Sibuk ya?
Cerita dong.

Rynd 🌻

Do not make this relationship becoming relationshit.
Cuma bualan dan main-main doang.
I knew that this is the serious one.

I can't imagine it before, but with you it already happened.

Sulit jatuh cinta.
Udah hampir setengah dekade tidak mengenal apa itu cinta? Wkwkw.

Tapi apa iya, I am falling in love, now?

I dunno, either.

So, what should I do? Tell me, please!

Katanya mau dibahas, eh tahunya gak juga. Alih-alih dibahas, malah membahas yang lain. Hm :(

Sometimes, a girl want something real.

Sebuah komitmen tidak mungkin terjadi kalau tidak ada kesepakatan bersama.

If you do not mind this kinda of commitment, so just tell me. Then, I won't put big hopes with this relationship for next.

Tidak mau mengekang dan dikekang oleh sebuah hubungan apalagi berkedok komitmen.

Setidaknya, we have the same goals. To be married. Right?

Tapi, perihal jodoh tetap ku serahkan pada Allah. Cuma, gak salah sih kalau berharapnya berjodoh dengan kamu. Haha.

Mom and Dad have experienced this issue before. Both of them were first love since junior high school till now. They were married after my mom finished her bachelor degree and got a job as a teacher. Then, my father already had a job before proposed my mom to my grandpa.

How nice and romantic their love story.
I want it goes the same with us.

Unfortunetally, I am afraid. This is only on my imagination, but you don't ever think the same. :'l

Hm...
It goes contradictive, right?
My logic said the things different with the things that I felt.

Maybe, my logic control my mind to minimize 'dissapointed' and 'broken heart' in the future.

My heart tells me that we have the same dreams. My logic, does not.

Jumat, 08 Maret 2019

Wakil Rasa

Perempuan itu berharga.
Harta terbaik seorang Bapak.
Dia dijaga dengan penjagaan yang sempurna.

Kali ini, aku ingin berkenalan denganmu.
Seorang anak gadis yang sebentar lagi harus menanggalkan sifat kekanakan yang menyengsarakan.

Uh~
Kenapa harus dilibatkan oleh rasa seperti ini?
Rasa yang seakan diberi kepastian tapi tidak juga.
Rasa yang mungkin seharusnya tidak ada.
Rasa yang tidak ingin berakhir pada kecewa.

Aduh, belum ku tamatkan tulisan ini, jemariku mengantarku mengutak atik lembaran lama. Tentang dia. Tentangmu. Tentang masa-masa lucumu diwaktu lampau.
Maaf, tanpa izinmu ku beranikan diri mencari tahu siapa kamu dan bagaimana masa yang dulu pernah ada.

Jujur, baru malam ini laman muka bukumu ku jejali. Menjelajahi hal yang seharusnya tidak perlu ku baca. Haha. Aku cemburu.

Terlalu egois memang jika aku hanya mementingkan hatiku padahal dulu pun aku pernah menaruh hati pada orang yang lebih dulu dihadirkan jauh sebelum dipertemukan denganmu.

Ku terima masa lalumu, beserta kisah cinta pelik  lucumu. Dan sekiranya engkau pun berkenan menerima segala masa lalu dan kisah cintaku yang unik.
Hm.. kisahku selalu unik sih. Termasuk denganmu.

Aku rindu.
Namun malu tuk utarakan dengan gamblang.
Kelewat takut menanggung duka.
Biarlah disimpan sendiri.
Tapi jemariku gatal untuk tidak menuangkan isi hati yang sebentar lagi meluap.

Apakah sudah tepat melabuhkan hatiku dan menetapkan pilihan denganmu sebagai yang terakhir dan menuju pada keabadian? Ataukah masih belum cukup bagimu dan masih ingin mengembara mencari yang lebih dan lebih baik lagi?

Kalau begitu, aku mundur mulai sekarang.
Aku pamit agar tidak menjerumuskan hatiku pada curam pilu menyesakkan dada.

I am stop on you.
Tapi jika kamu belum memilih untuk menetap, akan lebih terhormat jika aku yang pergi saja dari sini.
Tidak baik bila memperpanjang urusan hati yang nyatanya tidak dibawa sampai mati.

Aku ingin kisah yang bukan lagi hanya diceritakan seperti dongeng pengantar tidur yang hanyalah abadi dalam khayalan. Aku ingin kisah yang abadi dalam kenyataan.

Bila memang dalam ikhtiarmu belum menunjukkan titik terang, mengarahkan pilihanmu pada namaku, ku mohon biarkan aku juga mengetahuinya.

Aku hanya takut, rasaku dibiarkan menggerogoti kalbu dan jiwaku yang polos.

Cukup trauma dengan yang lalu, bantu aku untuk tidak patah lagi.

Halalkan atau tinggalkan.

Menetap atau hanya menjadi persinggahan?

Bila kau diikat janji dengan masa lalumu, tuntaskan dulu. Kejar dia jika memang dia yang selama ini kau cita-citakan.
Aku hanya tidak ingin menjadi penghalang untuk kisah abadi kalian.

Duh, perih juga ya menuliskan ini.
Tapi tak apa.
Aku kuat karena aku berani merasakan pedihnya mengikhlaskan.

Sebelum terlalu jauh langkah berjalan bersama, ada baiknya kita berhenti untuk beristirahat lalu memutuskan bagaimana seharusnya.

Sebuah komitmen tidak akan berjalan tanpa adanya kesepakatan dua pihak.

Rasanya seperti layangan.
Ditarik ulur dan dilepas ketika benangnya tak sengaja putus.
Kemudian jatuh di laut atau hinggap di dahan pohon.

Malang, 8 Maret 2019
#WakilRasa
#RekamJejakDigital
#Komitmen
#Hubungan

Sudah Move on Kah Saya?

'Sendiri aja?'
'Masih sendiri?'
'Cowoknya siapa?'
'Udah move on?'
'Sudah ada yang baru?'
.
.
🙄😌😒😓
Cowok/Cewek
Alias pasangan
Itu yang sah hanya yang halal saja.
Moving on? I always move to the better step.
A newest one? 🤔
Remember? A new one, not change the place of an old one.
.
.
Sering juga sih di komen gini,
Kamu posted tentang nikah-nikah itu udah mau nikah a? Udah siap, Bil?
I Will answer it here:
Menikah itu impian semua orang yang sudah mulai dewasa dan cara berpikirnya mulai beranjak matang.
Pas saya masih TK, boro-boro bahas Nikah langsung mentah-mentah teriak gak mau nikah. Dan diketawai seantero muka bumi. Eh sejagad dunia orang dewasa. 😅
Pas sudah gede? Ya berpikir menikah itu normal.
Kalau gak mau nikah, yah itu pilihan masing-masing orang.
Posting sesuatu berbau nikah, apakah kode untuk menikah dini?
Menikah saat masih kuliah?
HAHAHAHA
Gimana mau nikah kalau calonnya aja gak ada 🤔🤣
.
.
Let me tell you this,
orang menikah harus punya ilmu.
Kalau besok kamu menikah kemudian gak tahu apa-apa tentang dunia pernikahan, maka bahtera rumah tanggamu lebih besar justru akan mengalami goncangan maha dahsyat yang sulit kau bendung.
Kenapa? Karena kurangnya ilmu tentang pernikahan.
Saya share itu biar yang sudah menikah dan baru step by step mau menikah, dan yang masih gadis/bujang begini untuk mau peduli terhadap edukasi pernikahan.
.
.
Angka perceraian selalu meningkat karena kurang pahamnya suami dan istri terhadap hak dan tanggung jawabnya masing-masing.
.
.
Saya ingin dinikahi
Ingin menikah
Hanya sekali dalam hidup di dunia dan akhirat ku.
.
.
Siapakah orangnya
Saya aja penasaran.
😂
.
.
Wait and see.
3-5 years later.
Aaamiiin

Tulisan ini dipublikasi di Instagram
Tanggal 10 November 2018

Selasa, 05 Maret 2019

Menjadi Mahasiswi UM

It has been almost 3 years spending my lifetime in this beautiful city, Malang.

Uh~

Time goes by sooooo fastly

Kali ini saya akan menceritakan dengan singkat suka duka menjadi mahasiswi UM.
Sebenarnya lebih banyak sukanya daripada dukanya sih.
Alhamdulillah.

Diantara banyaknya kampus ternama di Indonesia, saya memilih Universitas Negeri Malang sebagai tempatku mengasah kemampuan dan mencari jati diri.

The Learning University adalah prinsip kampus tercinta dan kebangaanku ini.

Ku ingat sekali waktu mau daftar kampus di Jawa. Banyak yang meremehkan. Katanya sulit untuk lanjut kuliah di Jawa tuuh.
Bahkan ada yang tidak percaya dengan mimpiku.
Menertawakanku, sinis begitu.
Yasudahlah ya.

Tidak tahu siapa-siapa di Malang, tidak tahu  banyak hal tentang Malang kecuali tempat ini dingin, sejuk, pemandangannya luar biasa. Pertama kali melabuhkan hati dengan Malang ini di tahun 2014, 10 hari sebelum Lebaran.

Air sejuk di Masjid yang tidak sengaja ku injak saat singgah dari perjalanan Kediri-Surabaya kala itu, membuatku lansung jatuh cinta.

Ku rapalkan doa dalam hati "Ya Allah, semoga saya bisa kembali ke sini lagi. Bisa tinggal lama di sini. Bahkan bisa menetap di sini".

Untuk menseriusi mimpi itu, saya belajar banyak. Saya berusaha lebih banyak daripada orang kebanyakan.

Saya rela tidak tidur nyenyak di malam hari.
Rela tidak banyak main.
Tidak banyak wisata kuliner. Alias nongki gak jelas.

Ya karena memang itu bukan lifestyle ku. Wkwkw.

Saat teman-temanku masih memperbincangkan soal pilihan jurusan di kampus di Makassar, saya diam saja. Karena saya tidak berminat sama sekali. Bukan karena merendahkan kualitasnya. Tidak. Jika saja saya belum pernah menginjak tanah Jawa dan punya relasi di Jawa karena ikut lomba, mungkin saya tidak akan berpikir untuk kuliah di Jawa. Mentok, saya mengidamkan UNM. Universitas Negeri Makassar.

Toh, sekarang saya kuliah di Universitas Negeri Malang, yang orang kadang salah menyingkatnya jadi UNM. Padahal kampusku ini singkatannya UM. Kenapa begitu? Nah, jadi dulunya kampusku ini adalah IKIP Malang, sedang UNM yang dulu adalah IKIP Makassar. Tempat mamaku menimba ilmu hingga meraih gelar Magisternya di tahun 2010.

Nah, IKIP Makassar kalau tidak salah lebih dahulu mengubah nama menjadi Universitas Negeri Makassar disingkat UNM.
Sehingga IKIP Malang yang menyusuls setelahnya menjadi Universitas Negeri Malang. Kalau disingkat UNM, itu sudah dipakai di Makassar, untuk membedakannya 'N'nya dihilangkan. Menjadi UM The Learning University.

🤩

Kabarnya, IKIP Malang adalah kampus Pendidikan terbaik di Indonesia.
Bahkan prodi Pendidikan Bahasa Inggris pernah dinobatkan sebagai program studi terbaik se-Asia Tenggara. Coba searching deh, bener loh datanya. Akurat :)

That is why I choose this campus.
Awalnya saya gak tahu kabar itu. Soalnya pada saat cari jurusan sastra Inggris terbaik di Indonesia, muncul Universitas Negeri Malang. Kemudian pada saat mengerucutkan pencarian jadi Prodi Pendidikan Terbaik di Malang. Maka muncul lagi UM dengan akreditasi A.

Yap! Dulu saya pilih prodi Pendidikan bahasa Inggris karena mama yang bilang begitu. Actually, I am not that kind person that want to follow or join something similar with my family member. Sebenarnya gak mau juga kalau satu jurusan sama mama. Satu prodi maksudnya. Kenapa? Ya biar beda aja begitu. Supaya bisa diskusi banyak hal. Bukan topik itu-itu aja.

Saya sudah nulis tentang strategi saya memilih jurusan di SNMPTN di blog ini. Silakan dicari dan dibaca ya :)

Saya bahagia banget saat diterima di pilihan kedua. Prodi Bahasa dan Sastra Inggris. Waktu itu akreditasinya masih B. Tahun lalu, alhamdulillah sudah berakreditasi A. Jadi, inshaaAllah kalau wisuda nanti di ijazahnya sudah akreditasi A. Mohon doanya ya. Semoga bisa segera selesai. Kalau bisa 3,5 tahun. Kalau gak, ya pas 4 tahun. Aaamiiin.

Jujur, saya pun tidak banyak tahu soal prodiku ini. Meski tidak tahu banyak tentang apa yang nanti ku pelajari, setidaknya tahu prospek kerjanya luas.

Alhamdulillah.

Setelah masuk ke dunia perkuliahan di tahun 2016 yang lalu, di bulan Agustus waktu itu, luar biasa. Saya cengo. Saya ternyata tidak jago bahasa Inggris. Walaupun di Sulawesi Barat saya dikenal sebagai anak yang sering menang lomba di dunia bahasa Inggris seperti Story Telling, Speech and Debate. Tapi itu nihil banget saat saya di sini.

Teman-temanku luar biasa. Mereka jago. Fasih. Saya ciut.

Apakah saya menyerah? Tentu tidak.
Saya curhat ke mama panjang lebar. Sampai nangis.
Pernah berpikir untuk berhenti, tapi kembali diingatkan oleh mama dan papa bagaimana perjuanganku yang tidak singkat dan tidak mudah sehingga bisa menaklukkan Malang dan bisa lulus SNMPTN.

Satu-satunya diangkatanku yang lulus di Jawa jalur SNMPTN.

Saya nekat, dan saya berani.

Saya hanya memilih UM dengan dua prodi.

Saya pasrah.

Sebab saya sudah mengusahakan dan meniatkan segala perjuanganku ikut dan menang lomba agar bisa lebih dimudahkan di SNMPTN. Kan kalau SNMPTN melampirkan sertifikat prestasi.

Saya pede lulus? Tidak juga.
50% Pede Lulus
50% Siap Gagal.

Saya sudah ada plan jika gagal SNMPTN, saya tidak akan ikut SBMPTN tapi saya akan kursus bahasa Inggris untuk kuliah di Australia.

Ide gila kan?

Mama ku setuju.

Kenapa cadanganku segila itu?
Karena ini:
1. Saya sudah lomba sampai tingkat Internasional tapi jika tidak dihargai, untuk apa saya bertahan?
2. Saya mau punya pendidikan yang maju.
Jika saya tidak diterima di Jawa, maka lebih baik saya ke Luar Negeri saja.

Saya beli buku Inspira Book yang harganya mencapai 300K. Saya paling jarang minta dibelikan apa-apa ke Papa karena saya malu dan memang tidak begitu banyak keinginan. Saat itu, saya merengek minta dibelikan buku itu. Buku Kuliah Ke Luar Negeri.

Papa awalnya tidak setuju. Setelah ku jelaskan panjang kali lebar sama dengan luas, papa akhirnya luluh.

Itulah kenapa saya ketawa kalau ada orang yang mengeluh saat saya rilis pre order buku beasiswa seharga 50K.

Hm...

Skip dah bahas itu. Wkwkw.

Lanjut, nih ya. Pokoknya cadanganku bukan kuliah di Indonesia lagi. Tidak mau kuliah di Makassar. Tidak mau kuliah di Samarinda. Tidak di Jakarta, tidak di Jogja.
Hanya Malang.

Ternyata Allah mendengar doaku dan rencanaku.

Saya dinyatakan lulus murni.
Alhamdulillah.

Well, now I am here.
Gak kerasa sudah hampir genap 3 tahun.
Rasanya makin berat melepas.
Semoga nanti punya rumah di Malang saja kali ya?🤔
#kode

Punya almamater UM itu kebanggaan banget. Apalagi bisa menikmati hari-hari dengan tidak membosankan. Saya benar-benar banyak menggali potensi dan banyak berbagi ilmu dan pengalaman. Baik itu di sosmed maupun dunia nyata.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah bisa dapat Beasiswa.
Alhamdulillah bisa jadi tutor Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.
Alhamdulillah dapat dibiayai ke Thailand.
Alhamdulillah punya dosen yang kebanyakan bergelar Doktor dan Professor.
Alhamdulillah bisa banyak bertemu dengan orang-orang baik dan hebat.
Alhamdulillah punya teman julid. Teman yang suka sinis. Teman yang suka menegur dengan cara yang kasar dan jahat.
Semua itu anugerah.

Dulu mungkin saya kaget kalau dijulidin, karena sudah terbiasa, alhamdulillah menjadikan mereka sebagai berkah.

Tanpa mereka, tidak ada filter untukku. Tidak ada kesempatan untuk introspeksi diri jadi lebih baik.
Saya mundur satu sampai lima langkah.
Untuk loncat hingga 10 sampai 20 langkah.

Terima kasih kawanku.
Kejulidanmu, buatku sadar dan belajar bersabar.

Menjadi satu-satunya orang Sulawesi di angaktanku, menjadi satu-satunya orang Mandar di angkatanku, akhirnya saya bisa jadi representatif orang Sulbar dan orang Mandar di angkatanku.

Kalau ada kerja kelompok, ada tugas, karena banyak yang mengangkat tentang Jawa, maka teman-temanku sering mengusulkan kelompok kami pakai tentang Mandar.

Awalnya mereka asing dengan Sulawesi, dengan Sulawesi Barat, dengan Mandar. Kini, perlahan mereka mulai hapal bahkan beberapa diantara mereka senang kalau saya sedang menelpon dengan mama dan papa karena berbicara pakai bahasa Mandar. Katanya, seperti bahasa Korea. Haha.

Pernah mementaskan adat Mandar juga dihadapan satu angkatan.

Sering menulis paper tentang budaya di Mandar.

Saya memang minoritas, tapi saya tidak mau dipandang remeh oleh mayoritas.

Relasi dan Ilmu yang ku dapatkan disini banyak sekali.

Banyak yang ingin ku ceritakan soal UM dan soal Sastra, Cerita Segala Rasa.

Sekian dulu, ya.
Aku cinta UM dan Prodiku terkasih.

Selain itu, bukan hanya cita yang kuraih di sini, ternyata ditemukan cinta disini. 🌻

Selamat Pagi,
Dariku
Nabilah Haruna

Komentar, saran, pendapatnya dong kak :)
Semoga bermanfaat ya.
Follow me on IG @nabbslll

Oh Sempro, Bersahabatlah

Huft :(
Malam ini kelabu.
Bukan soal cinta
Tapi soal sempro.

Seminar Proposal.

Apa ini namanya karma?
Karma karena dulu sering tanyain senior 'kapan wisuda?'

Oh iya ya ampun atau mungkin ini dosaku sama sepupuku. Karena sering ku ejek waktu itu. Dia soalnya gak kelar-kelar kuliahnya. Masa sampe 10 tahun lebih. Gila aja.

Eh gak tau ding. Pokoknya mulai aku SD dia udah kuliah, pas SMP dia belum juga wisuda, pas SMA dia baru wisuda. Ya apa coba?

Wah harus minta maaf ini. Pas nulis ini nih baru kepikiran. Makasih.

Huaaaa.
Ternyata menulis proposal tidak semudah itu.

Proposal pengajuan dana mah gak gini amat.
Semalam suntuk ku kerjain kelar dah besoknya.

Ini?
Ya ampun tidak seperti yang mu bayangkan.

Astagfirullah.
Mungkin ini memang karma.

Doakan aku yang mau segera lulus.

Inner Beauty

Assaalamualaikum my beloved reader. 
Di mana pun kalian berada, aku rindu. 
Sungguh.

Udah lama ya, tidak menulis di blog.
 Baiklah karena saya sedang sangat ingin menulis.
Ini juga karena topiknya by request dari Aul Ciul dan Eka Cudes. Keduanya adalah teman ku dari SMP, SMA, teman segeng, se kelas, se kubu. Terima kasih untuk topik requestnya ini. Padahal saya mau bahas tentang pengalaman jadi tutor BIPA.
 Tapi yaudah gapapa. Saya bahas di postingan selanjutnya aja.

Well, langsung aja kita bahas Inner Beauty. Why inner beauty? Tahu kan ya artinya adalah Kecantikan dari dalam. Talking about my self, honestly I am not as beautiful as other girl out there. Dari dulu, dari kecil, saya udah minder banget kalau bicara soal kecantikan. Kenapa? Ya karena saya tidak cantik.

One day, I felt so pitty. There was someone yelling to me, then I was crying and came back to my home. I did not want to meet her again. I hate her. Really. Tapi saat itu papaku datang keheranan. "Kenapa nangis nak?",,
"Tante itu bilang, kakak lebih cantik. Dan saya tidak"

Sakit gak sih. Parah! Umurku waktu itu yaa sekitar kelas 3 SD lah. Wajar banget kalau gue sensi. Haha. Aduh mewek dah pokoknya.

 Gak mau ke rumah tante itu lagi. Bodoh amat.


Mama datang, tanya yang sama.

 Papa bilang gini
"SIAPA BILANG ANAKKU TIDAK CANTIK? ANAKKU INI PALING CANTIK" katanya lembut dan tegas. Papa, adalah orang pertama sekaligus lelaki pertama yang bilang SAYA CANTIK.

Mama bilang "Wah itu orang tidak tahu ya kalau anakkku ini manis sekali. Pintar lagi. Tidak penting itu kalau cantik tapi tidak pintar. Otak yang penting", kata mama dengan bangga.


 Since that time, I am not keep down on myself. Bener banget sama ilmu parenting yang ku pelajari belakangan ini, peran orang tua saat anak lagi down itu sangat dibutuhkan. Kata-katanya harus dijaga, mindsetnya harus ditata dengan baik. Beruntung banget waktu itu papa gak  bilang aku jelek. Mama gak bilang aku jelek. Kalau bilang gitu, gak ada Nabilah yang sekarang. Maybe~

How to love my self?
Ya karena ternyata mama dan papaku mencintaiku apa adanya. Kenapa aku tidak suka sama diriku sendiri? Pernah sih aku lihat cermin saat orang sering bandingin aku dengan kakakku waktu aku masih kecil. "Kok aku jelek ya?" Aku minder dong. Banget. Tapi semenjak kejadian di acara nikahan sepupu itu, aku nangis pulang ke rumah, dan papa meluk aku dan nenekku pun juga datang. Semenjak itu aku jauh lebih pede. Perlahan menerima kenyataan bahwa ya aku memang tidak cantik secantik kakakku.

Nah, itu tuh yang ku herankan kalau ada yang bilang suka sama aku. Suka karena apa? Aku gak cantik :(
 Ada yang bilang, "kamu beda".

I don't know, what does it mean "beda". Ya that's people right to choose and to judge. Semakin kesini, semakin bijak memahami soal kecantikan. Bahkan nih kalau aku cerita tentang kakakku ke temanku, aku pasti bangga bilang "Kakakku cantik sih, tapi adekku lebih cantik".

They said "ya terus kamu?" "Saya gak cantik, saya MANIS"

Saya lebih senang aja begitcuuu kalau ada yang bilang "Kamu maniss banget"instead of saying "kamu cantik". Kalau ada yang bilang saya cantik, malah aku merasa terdzolimi. Haha. Aneh gak sih. Ah entahlah~


Well, inner beauty is from your inside.
Kenapa mama bilang 'OTAK' itu penting dari sekedar cantik? Karena memang betul, banyak banget org cantik tapi otaknya 'maaf' (tidak difungsikan dengan baik). Banyak tuh yang model kecantikan tapi akedemik kurang.

Ya I don't have any rights to judgde them, but ya kenyataannya emang gitu.
Meski gak semua.

Makanya kenapa kalau ada pemilihan Duta, dan itu memprioritaskan kecantikan, saya mundur. Tapi kalau adu gagasan, saya maju. Alhamdulillah udah pernah jadi Duta. Duta Sanitasi Provinsi Sulawesi Barat tahun 2012. Dan terpilih lagi di tahun 2015. Apa yang membuat saya menang? Karena saya punya skill yang tidak dimiliki semua orang. Saat orang lain presentasi dengan sederhana, saya melakukan hal lain. Saya memadupadankan Local, Nasional dan international jadi satu. Saya membawakan materi dengan santai dan menyenangkan. Saya nyanyi dibagian akhir. Dan semenjak itu, saya jadi sering disuruh nyanyi saat sudah dinobatkan jadi Duta. Sampai saya nyanyi di Nasional juga depan bapak Ibu Menteri.


See? I am not beautiful, but I have a skill.

Oh iya ada hal penting yang mau aku sampaikan di sini.


 Dear perempuan,
Kita itu istimewa banget dalam Islam. Dihormati dan sangat dijaga kemurnian kita.
 Bahkan kita punya satu Surah dalam Kitab Suci Al-Quran yaitu Q.S An-Nisa.
Mashaa Allah. Untuk itu, mari kita menjaga kemurnian kita dengan senantiasa taat pada Allah. Saya pun masih fakiiiirrr ilmu.
Saya masih belajar. Bantu saya untuk istiqomah. Kecantikan memang sangat esensial untuk perempuan. Siapa pun itu.

Kecantikan paling utama bagiku adalah Akhlak.

Banyak orang cantik tapi sering sumpah serapah. Sering bicara kasar, kotor dan mengumpat. I againts that kind of things. Jujur, saya tidak terlalu suka kalau ada teman saya tiba-tiba ngomong "Njirr" "Anjing", "Bitch", "Njing", "Alus" dan semua terms merujuk pada kata Anjing. Astagfirullah.
Itu kasar sekali. Ini berlaku untuk perempuan dan laki-laki. Apakah saya menegur mereka? Saya menegur dengan ekspresi.

Saya langsung diam. Kalau saya sudah dekat dan merasa akrab, barulah saya tegur dengan semampu saya untuk mencoba menegur cara yang baik. Kalau diimplementasikan alhamdulillah, kalau tidak ya mau diapa lagi? Hanya  bisa mendoakan semoga segera sadar bahwa ucapannya itu terlalu sering dia ucapkan akhirnya mempengaruhi psikisnya dan membuat hatinya menjadi keruh bahkan kotor. Ini dari yang saya baca dan saya amati. Perilaku orang yang sering berbicara seperti itu karena menganggap bahwa terms seperti itu lazim, normal, bahkan dianggap tanda keakraban justru membawa petaka bagi dirinya sendiri tanpa dia sadari.


Saya mengamati orang seperti itu sangat latah kalau terjadi apa-apa, kaget, dan sebagainya langsung spontan mengucap kata itu.

Saya bukan mau menggurui atau bahkan sok baik, sok suci. Saya juga banyak dosa. Tapi di sini, saya mau membuat pembaca ku yang budiman untuk menghindari ucapan seperti itu. Seriously, it's really effect to your mindeset. Sopan dan santun sudah sangat langka. Saya mau jadi salah satu orang yang langka itu. Saya mau kamu juga begitu. Aamiiin Saya selalu berusaha untuk menjaga tutur kata, sikap sopan, etika berbicara, dan lain sebagainya.

Saya menganggap bahwa apa yang saya ucapkan adalah cerminan pribadi saya.
Saya pun percaya bahwa hal ini tidak hanya berpengaruh pada diri saya pribadi, tapi juga berkaitan tentang nama baik saya, orang tua saya, keluarga besar saya, bahkan  anak keturunan saya kelak. Saya juga tidak mau kalau nanti anakku berbicara kasar padaku. Tidak mau kalau suamiku berkata kasar padaku. Tidak mau kalau orang lain mengumpat di depanku.

Saya mau diperlakukan dengan baik, maka saya berusaha memperlakukan orang lain dengan cara yang baik semampu saya.

Sebab, bapakku berpesan "jaga tutur dan sikapmu nak, di mana pun kamu berada". Ini soal harga diri, martabat dan nama  baik. Kelak, kalau saya dipinang oleh sang pujaan hati, keluarganya semoga bisa langsung klop dan setuju serta merestui kami. Aamiiin.

 Pesan nenek ibuku dan mamaku adalah perempuan itu memang harus selalu menjaga diri karena itu soal masa depan.
 Tentu, saya mau menikah dengan seseorang yang baik Agama dan Akhlaknya. Itu sudah lebih dari cukup untukku.
 Soal ketampanan, kalau agama dan akhlaknya sudah baik, tentu wajahnya akan begitu rupawan. Untuk calon imamku,
 jaga juga inner handsomemu. 
Jangan berbicara kasar. Jaga sopan santun. Jaga tutur kata.

Dariku yang menunggumu.

Kok jadi baper? Wkwkw Kesimpulannya, inner beauty itu terletak di Akhlak kita ya. Semoga Allah selalu menjaga kita dan istiqomah selalu dalam beretika.

Dan satu lagi, Mencintai diri sendiri itu PENTING BANGET.

Cara mencintainya? Pahami kodrat kita diciptakan. Jadi dirimu sendiri, jangan jadi orang lain. Ketahui batasanmu, dan kenali kapan batasan itu mampu kau lewati dan tidak. (Ini bisa dikupas di postingan selanjutnya)

 I love you readers.



Cheerish from
 Nabilah Haruna

Beri tanggapan dan sarannya atau diskusi yuk di komentar. Mau topik apa lagi nih? Btw, semoga ini bisa sedikit menjawab how to love yourself ya.

 Follow instagramku di @nabbslll