Sabtu, 25 Oktober 2014

Untukmu Tuan!



Berharap tak ada sesalmu sepertiku

          Tahukah kamu Tuan, betapa rindu yang mencabik perasaan dan ragaku saat ini? Betapa siksa akan akhir yang begitu sadis malam itu? Aku seperti di hantui bayanganmu yang tak kasat olehku.
            Padamu Tuan yang saat ini merajai hatiku....
 Berlebihan rangkaian kataku, tapi biarlah agar dapat kau maknai rasa ini yang terlanjur dalam serta sulit mengungkap secara gamblang di hadapanmu sekarang.
            Maknai saja setiap kata yang ku tulis disini. Kamu bingung? Aku juga bingung Tuan! Kau tahu bagaimana sulitnya melangkah sendiri dengan pijakan yang compang camping bak tanpa tujuan? Mata angin seakan sinis juga padaku. Bergerak berlawanan arah karena tak sejalan jua denganku. Sepertinya mereka lebih memilihmu Tuan dibandingkan aku.
            Ku tanya dia yang duduk sendiri, ku ceritakan segala rasaku saat kepergianmu yang baru beberapa hari. Kau tahu apa yang dia katakan? Dia membelamu, lebih menjunjung perasaanmu di banding aku. Padahal dia temanku, dia sahabatku, dia keluargaku. Tetap saja kamu yang benar Tuan, bukan aku!
            Tak tahu juga apa dalam pikiran mereka. Layaknya kamu adalah yang paling benar. Dan sepertinya memang seperti itulah yang terjadi. Kamu lebih banyak benarnya, dan akulah yang lebih banyak salahnya.
            Seiring waktu, aku pun sadar akan semua kesalahanku. Kemudian bangkit untuk merajut asa yang kian padam. Memaksa hari untuk selalu tertawa dengan kegilaan dan keceriaanku seperti biasa. Dan kau tahu, Tuan? Betapa hebatnya wajahku memainkan perannya. Menyembunyikan luka yang teramat sakit dalam dadaku. Selalu, dan itulah hebatnya pipi di wajahku. Tetap tersungging senyuman manis kepada semua yang datang padaku. Walau sakit tiada tara menggerogoti hatiku yang kalut karenamu!
            Itulah hebatnya aku, Tuan! Kau tahu? Iya harus kau tahu itu! Aku hebat bermain lakon dalam drama. Inikah sandiwara cinta? Entah! Tapi ini kenyataan! Aku tidak sedang bermain ataupun bersandiwara. Aku pemeran utama. Aku actris, dan kamu actornya.
            Sekarang, aku ingin bercerita banyak denganmu Tuan. Disini saja, jangan kemana mana! Duduklah dengarkan aku! Simaklah dengan baik! Cerna dan pahamilah setiap cerita yang ku lontarkan padamu.

Sebulan yang lalu...
            Malam itu malam Jumat bukan? Tanggal 18 September 2014 tepatnya. Cobalah ingat semua yang terjadi malam itu.
            Sebelumnya kita memang terancam putus waktu itu. Seingatku hari minggu! Iya dan kita sempat teleponan, dan akhirnya semua kembali baik baik saja. Aku dan kamu tetap bersama.
            Kamu belum pernah menyatakan yang sebenarnya padaku apa yang terjadi dengan perasaanmu. Maaf karena sering menyebut nama masa laluku lewat pesan singkat. Aku hanya ingin kamu lebih sopan dalam bertutur kata pada wanita tanpa kecuali aku, Kekasihmu!
            Perasaanku dengannya tidak lebih dari sekedar teman biasa, senior, dan partner dalam debat bahasa inggrisku. Itu saja! Tidak ada lagi yang istimewa di mataku. Takkan mungkin kamu dengan bebasnya masuk dalam hidupku di tanggal 21 itu, apabila rasaku masih untuknya. Sadarlah! Aku bukan gadis macam itu! Sebelum kedatanganmu, aku sempat bertemu dengan dia masa laluku. Dan saat itu, hatiku sudah berlaku biasa saja. Tak ada rasa dan sepertinya sudah mati rasa. Ya! Jelas aku trauma dengan orang yang berlagak tulus dan unjungnya memberi harapan palsu belaka. Dia ku juluki si Mr. PHP. Setahun lamanya untuk move on dari dia masa laluku. Dan itu masih belum ada kamu.
Saya  berani menerima perasaanmu, karena menurutku kamu itu baik dan sholeh. Itu saja yah modalmu di bulan mei silam.
            Ketika kita sudah resmi sepasang kekasih barulah banyak cerita mengejutkan yang ku dapat darimu. Hanya dapat mengucapkan “Subhanallah” dengan segala kehebatanmu, kecerdasanmu, dan kemampuanmu. Darisitulah aku merasa sangat beruntung memiliki kekasih sepertimu yang terbilang langka di dunia ini. Ku ucap hamdalah pada Allah, yang telah memberikan kekasih sholeh padaku.
            Kembali pada inti permasalahan kita, kamu cemburu yah? Kenapa tidak bilang? Kamu masih marah? Kenapa tidak jujur saja? Terlanjur! Nasi sudah jadi bubur.
            Dan harus kamu tahu, bahwa aku tidak pernah berniat bermain perasaan denganmu. Wajar saja aku bilang ini itu, kamunya cuek. Kamunya sok diam. Kan sedih! Pas sayang sayagnya, malah di abaikan begitu saja. Ini hati mas! Bukan kerupuk!
            Sedemikian cara untuk membuat amarahmu mereda. Tapi sayangnya, tidak mempan juga bagimu. Ku tanyai sahabat dekatmu, meminta bantuannya, tetap saja itu  tidak berhasil. Mulai dari mengirimkan lagu dengan suaraku yang original via vn di bbm, tidak sudi kau dengarkan. Ku telepon nomor telkomselmu, malah kau reject plus non aktifkan. Sungguh kejam kamu padaku Tuan!
              Ku kirimkan lagi short message service yang mencoba buatmu sedikit sadar, tapi apa yang ku dapatkan? Kamu membentakku, memarahiku, mencaciku, hingga aku tak sanggup lagi untuk membalasnya. Begitulah hati seorang perempuan. Lemah dan mudah rapuh.
            Tunggu dulu! Aku tidak lemah! Aku juga tidak rapuh! Tapi keadaan yang membuatku seperti ini. Kodratnya, perempuan di ciptakan dengan kelemahan dan lelakilah yang membuatnya kokoh. Tapi ia di bentuk dengan penuh ketulusan dan ketangguhan.
            Apakah ini tindakan yang memalukan? Merusak harga diriku? Mencemarkan nama baikku? Tidak! Karena apa yang ku lakukan sekarang, adalah semua hal yang pernah kau lakukan dulu. Ingatlah!
            Sangat kecewa dengan kata katamu yang sederhana tapi teramat bengis untukku. Kau bilang dengan sahabatku, “cewek alay”. What? Saya alay? Hahaha ngaca dulu deh! Saya tidak merasa alay. Karena yang alay sungguhan itu kamu! Inilah cerminan dirimu dulu, yang sekarang nampak dari sikap dan tindakanku. Lucu bukan?
            Betapa baiknya aku yang tidak sedikit pun tega membiarkan hatimu terluka dengan cacian kataku. Selalu melontarkan kata sindiran yang halus yang setidaknya tidak terlalu menggores luka yang teramat dalam.
            Mungkin inilah rasa yang tulus. Tidak peduli dengan kata kasar dari bibirmu yang begitu manis saat mengejar hatiku dulu. Selalu berasumsi postif bahwa itu bukan kamu, tapi ada iblis yang merasukimu kala itu. Hahahah saya menjadi orang tolol dengan perasaan ini.
            Menurutmu perasaan tulus itu seperti apa? Hanya sekedar mengatakan sayang setiap hari, menyatakan rindu sebelum tidur, khawatir ketika sakit, menggumbar kemesraan pada saat jatuh cinta saja? Itukah tulus versi kamu, Tuan? Berarti kita tidak sependapat!
            According to me, love is a difficult thing can’t describe although through 10.000 words.            
Perasaan yang tulus adalah ia yang tak punya alasan mengapa dan ada apa. Yang hadir saat nyaman dan aman yang tercipta dari dua insan yang memadu asmara. Menimbulkan perhatian dan kecemasan saat~saat tertentu. Memainkan melodi lagu yang indah setiap hari seiring dengan bunga~bunga yang bermekaran dalam hati. Membuat seseorang jadi salah tingkah saat mendengar nama sang pujaan hatinya. Yang tiba~tiba merasa kediginan sekejur tubuhnya bila sang kekasih sudah berada dekat dengan jarak pandangnya. Itu perasaan tulus yang sebagian kecil saja.
            Mau tahu perasaan tulus yang lebih luar biasa lagi? Adalah saat dimana sang kekasih jauh oleh jarak. Saat dimana hati harus bersabar menunggu kabar darinya. Saat rindu mencekam ingin jumpa dengannya. Saat berusaha untuk mengungkapkan perasaan tapi gengsi untuk mengucapkannya. Yang bisa membuat kekasihnya itu peka, dan ternyata di salah artikan. Saat ada perubahan postif karena sang kekasih. Saat etos kerja bertambah karena ada semangat darinya. Yang juga terkadang membuatnya ingin bermanja dengan sang kekasih untuk mencuri perhatiannya dari kesibukannya selama ini. Hahahaha aku jadi rindu denganmu Tuan!
Dan juga saat semua yang indah itu harus berakhir karena ulah egoismu, kemudian kamu menyesali dan berusaha meminta maaf, serta berusaha membuatnya kembali tapi tak bisa lagi. Saat dia berkata kepada temannya bahwa dia tak akan kembali lagi, dan bodohnya kamu masih saja berharap akan kembalinya dia kepelukanmu. Saat dia berkata dengan sahabatmu bahwa kamu cewek alay, tapi kamu tetap tersenyum mendengar itu. Bodohkah kamu? Tapi itulah perasaan. Semakin dipaksa untuk melupakan, malah semakin menjadi saja perasaan itu. Dan parahnya lagi, saat kamu tahu dia ternyata naksir dengan teman yang sekelas dengannya, kamu malah mendoakan agar dia bahagia bersamanya. Lagi lagi kamu sangat tolol!
Coba bayangkan, bila semua mimpi burukmu itu terjadi? Dia dan teman kelasnya jadian, bermesraan setiap hari, bergandengan setiap saat, muncul di TimeLine mu. Dan semua itu tidak pernah kau dapatkan saat bersamanya. Kamukan LDR! Tidak cemburukah kamu? Bagaimana perasaanmu?
Sedihlah! Pasti! Siapa yang tidak sedih melihat orang yang pernah memohon perasaanmu, berjanji menjagamu, yang tidak akan ada lagi setelahmu, yang akan selalu denganmu sampai suksesnya dia kelak dan kenyataannya semua hanya rangkaian kata yang membuatmu hanya bisa meneteskan air mata saja. Syukurlah aku jauh darinya. Tapi ku tegaskan, bahwa aku tak pernah melirik orang lain selama bersamanya. Aku bukan gadis yang mudah menyatakan suka, sayang, kemudian ada rindu dengan seseorang. It’s so hard beibh!
Tuan, dari ceritaku tentangmu apa yang kamu rasakan? Akankah kamu menertawai perasaanku? Kalau begitu, tertawalah sepuas hatimu. Cemoohlah aku sesuka yang kau mau. Jelasnya aku hanya ingin dikau tahu, akulah hati yang tulus mencintai dan menyayangi hingga detik ini. Tapi tak menjamin untuk detik, menit,jam,hari,minggu,bulan,dan tahun selanjutnya. Terima kasih telah hadir dalam hariku walau itu sangat singkat. Semoga kau tak pernah menyesali keberadaanku saat bersamamu dulu. Yang perlu kau tahu, ada gadis yang tulus mencintaimu karena Allah. Yang setia mendoakan kebaikan dan kesuksesanmu. Semoga kau tak pernah mendapati penyeselan seperti apa yang ku rasakan kini.
Tenanglah, Tuan! Jika ceritaku ini menggangumu, mengusikmu, membuatmu bosan, semua ini tak akan lama. Akan ada waktu yang tepat, dimana hati ini kembali normal seperti sedia kala. Yang akan sembuh dari luka. Kemudian merajut kembali kebahagiaan yang baru yang mungkin saja tidak lagi denganmu. Saat ini aku masih mengharapkanmu. Tapi aku takkan mengemis cintamu. Karena aku bukanlah pengemis. Aku juga takkan memohon dan bertekuk lutut dihadapamu untuk kau kembali denganku, karena pada dasarnya, perasaan tak dapat dipaksakan.

Untukmu,Tuan..
Pergilah sejauh mungkin
Gapai hati sesuai inginmu
Rangkul jiwa dengan hebatmu

Tak usah peduli denganku lagi
Bila memang matamu tak sudi menengok ke arahku
Berbanggalah dengan mampumu
Mencabik rasaku begitu mendalam

Suatu saat aku pun akan bosan
Juga merasakan kejenuhan
Seperti apa yang kau lakukan
Tapi bukan sekarang!

Ketika aku pun melangkah jauh
Jangan tanyakan kemana aku
Karena aku pergi
Untuk bahagiakanmu

Jangan lagi ada sesal
Percuma dendam dipelihara
Buanglah jauh
Ini hanya sementara

Aku percaya dengan Tuhan
Beriku kekuatan dengan rasa ini
Buatku tegar dan kokoh
Bertahan selama yang Tuhan mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar