Selasa, 25 Juni 2019

Kilas Balik AYIMUN 2018


Sudah banyak banget yang nanyain soal AYIMUN. Kegiatan Internasional pertama yang saya ikuti dan juga merupakan kali pertama menguras otak lagi setelah beristirahat sekian lama.

Semenjak duduk di bangku kuliah tahun 2016 bulan Agustus silam, saya memutuskan untuk beristirahat dari pundi-pundi kejayaan mengikuti lomba. Alhamdulillah beberapa kali mewakili Sulawesi Barat ke tingkat Nasional sejak SMP hingga SMA.

Saya pun pernah mengalami keteteran karena harus mengejar ketertinggalan proses PBM di SMA. Jadinya, saya harus ekstra memburu selama 3 bulan untuk 3 tahun, begitu istilahnya. Alhamdulillah, Allah Maha Baik karena membantu saya bisa lolos Ujian Nasional berbasis Komputer itu. Saya juga berhasil lolos ke kampus tercinta dengan jalur SNMPTN. Jadinya, saya capek deh. Lelah bukan main. Otak sudah terkuras selama bertahun-tahun.

Setelah hampir 2 tahun mengenyam pendidikan dibangku kuliah, saya lantas tidak hanya tahu kos dan kampus saja kok. Saya tetap aktif berkegiatan di lingkup masyarakat. Saya lebih banyak terjun ke lapangan, bukan lagi lomba-lomba dan sejenisnya. Saya aktif jadi relawan, bahasa kerennya Volunteer. Saya beberapa kali jadi tutor bahasa Inggris secara gratis untuk umum, jadi tutor di panti asuhan, dan baru-baru ini selesai masa kontrak menjadi tutor bahasa Indonesia bagi penutur Asing. Pengalaman saya menjadi seorang tutor tentu tidak bisa saya lupakan dan begtu membekas di memori saya. Berkesempatan menjadi tutor sebaya mahasiswa asing dari berbagai negara, mulai dari Thailand, Amerika, terakhir ini dari Taiwan.

Selain itu, saya juga aktif menulis sehingga bisa menghasilkan dua hasil karya. Pertama adalah Surat Terakhir dan yang kedua adalah Rahasia Menulis Essay Bantu Kamu Lolos Beasiswa Unggulan, tanggal 9 Juni 2019 kedua buku ini saya launching di Pambusuang, Sulawesi Barat.
Saya juga aktif menjadi pemikir dan konseptor berbagai kegiatan yang diadakan oleh organisasi daerah IKMSB Malang.

Back to the topic~

Saya rindu sekali dengan lomba pada akhirnya. Saya ternyata tidak bisa terlalu lama membiarkan otak saya beristirahat. Saya terlalu cemburu dengan teman-teman sejawat saya yang dulunya pernah satu lomba bahkan sampai sekarang saya dianggap sebagai pesaing tangguhnya. Hehe. Itu perasaan mereka saja, kalau saya mah menganggap semua lawan itu kawan.

Saya akhirnya mencari dan mengumpulkan banyak informasi mengenai event Internasional. Saya sudah cukup puas berkeliling Nusantara secara gratis melalui lomba-lomba yang saya pernah ikuti, meski belum semuanya saya kunjungi. Sehingga, cita-cita sejak kecil saya keliling Dunia secara gratis ingin saya realisasikan. Tahun 2018, saya gencar mencari dan menyeleksi sendiri apa yang bagus dan memang cocok dengan kemampuan saya. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Asia Youth Model United Nations yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada bulan November yang lalu.

Awalnya saya sedikit tidak percaya diri, apakah bisa berangkat atau tidak karena biayanya cukup mahal. Tapi saya punya beasiswa, yang saya rasa cukup membantu saya untuk berangkat. Tidak berhenti sampai disitu, saya mencari informasi cara untuk bisa pergi dengan sponsorship. Saya juga cari senior yang berkali-kali dapat sponsor dari kampus. Alhamdulillah saya ikuti semua alurnya dan nikmati segala prosesnya, saya pun dapat sponsor dari Fakultas Sastra dan Universitas Negeri Malang. Biaya kegiatan dan tiket pesawat pulang pergi. Sungguh, pengalaman yang luar biasa.

Perjalanan saya ke Thailand sangat menyenangkan. Ditambah lagi saya yang sengaja membeli tiket yang transitnya lama di Singapura. Sekali menyelam, minum air banyak-banyak. Satu kali perjalanan, dua negara dikunjungi. Akal bulus yang cerdik dan super positif.

Saya bisa menyusuri jalanan di Bangkok. Sebenanrnya tujuannya bukan jalan-jalan tapi jadi wakil negara alias seperti diplomat begitu.

Saya jadi delegasi New Zealand yang membahas tentang Bitcoin. Saat menulis paper statement mengenai bitcoin di negara orang lain itu susahnya bukan main. Saya sampai nangis saking stressnya. Saya hampir depresi juga. Hampir menyerah? Tidak sih.

Saya tidak kehabisan akal. Saya chat pribadi panitianya meminta untuk berbaik hati mengganti council saya dari IMF ke UNESCO tapi tidak boleh. Sedih banget. Akhirnya saya pun mencoba menerima dan legowo atas apa yang sudah ditakdirkan untuk saya. Saya membaca banyak artikel tentang IMF. Mencob memahmi tapi saya tidak paham-paham juga. Saya baca panduan yang disediakan panitia malah saya makin meringis kesakitan. Saya pun meberanikan diri untuk chat chairmannya. Saya meminta untuk dibuat mengerti dengan bahasa yang sederhana. Setelah berdikusi panjang lebar dengan chairman dan banyak orang yang paham tentang ekonomi, otak saya bisa berjalan semestinya.

10 hari sebelum pengumpulan akhir, saya mencoba menulis hal yang sudah saya pahami. Tidak sedikit artikel yang saya tamatkan membacanya agar tidak keliru. Selain belajar ekonomi, saya juga menggali ilmu tentang New Zealand. Negara yang akan saya perjuangkan di sidang ala PBB nantinya.


Singkat cerita, kegiatan AYIMUN cukup menarik dan menantang. Tadinya saya juga nervous harus bagaimana karena saya newbie alias orang baru dalam kegiatan ini. Di dalam ruangan besar itu, saya memperhatikan dan menganalisa sendiri cara bermainnya. Sampai saat saya paham, saya pun ikut arusnya dan ternyata tidak semenakutkan itu.

Saya dua kali naik ke podium menyatakan hasil pemikiran saya dan banyak disetujui oleh peserta sidang. Momen yang tidak bisa dilupakan.

Setelah seharian full, siang sampai malam kita sidang, saatnya jalan-jalan. Saya sudah ke pasar terkenal di sana, lupa namanya. Tapi ada juga hal yang menakutkan yang saya alami di sana. Saya pernah cerita di snapgram waktu itu.


Saya ke suatu market night yang ternyata tidak sesuai dugaan kami. Ternyata di sana menjual bir, dan diskotik sepanjang jalan. Para bule mancangeara ada di sana. Pakai pakaian mini, menari bersama lawan jenis, minum bir sembarangan, ciuman di tengah jalan Sungguh, itulah neraka yang nyata bagi saya. Saya ingin menangis. Bagaimana jika Allah ikut melaknat saya? Saya menahan napas, dan buru-buru mencari jalan keluar. Jalannya cukup jauh. Hampir 500 meter saya berjalan. Saya tidak minat lagi beli apa-apa di sekitar pasar itu. Saya cukup syok melihat pemandangan yang saya pikir hanya akan saya baca dalam artikel, berita atau di video yang sembarangan tidak sengaja dilihat. Sunguh, saya terguncang malam itu. Saya panik dan ketakutan. Lebay memang, tapi itulah kenyataannya. Naudzubillahimindzalik. Saya jadi parno setelah malam itu. Maunya nangis aja kalau ingat kejadian itu.

Untuk melupakan kejadian itu, besoknya kita jalan-jalan lagi. Kali ini, harus baca review di google dulu. Ke pasar Thailand yang serba murah. Saya jadi jubir teman-teman. Saya berbahasa Inggris campur sign language karena mereka mempercayai saya bisa berkomunikasi dengan baik dengan driver dan orang-orang yang tidak begitu lancar berbahasa Inggris di sana. Agak lucu memang, tapi seru banget.
Suasana Simulasi Sidang PBB "International Monetary Fund"
Pict by Nabilah Haruna




(to be continued)