Jumat, 03 November 2017

Planning

Hi semuanyaa
tengah malam begini niatnya penegn tidur tapi kepikiran banyak hal

Aku ada plan untuk kembangkan sebuah usaha percetakan, semacam self-publishing. Sudah ada nama dan logo yang aku buat dan desain sendiri :D Sudah kontak teman-teman yang bakal bantu juga nantinya. Adakah kalian yang ingin menyarankan ide atau ingin bergabung bersama kami?

Tulis aja di komentar ini yaa :)

Penyebabnya?

Berkali-kali coba tuk terlelap, masih saja tidak bisa
Ingin curahkan segenap rasa, lewat segala media.
Sudah pula ku curahkan perihal yang tak ku ketahui pada Rabbku yang Maha Tahu Segala
Cucuran air mata tak dapat jua ku bendung, namun sesak masih terasa

Ingin pulang sembari menenangkan jiwa
Sesaat tapi ku yakini ada kekuatan disana
Tak kutemui disini
Mereka dengan segenap buaian kasih sayang tanpa ada bandingannya

Benar-benar ingin pulang
Menemui rindu yang selalu menganggu

:)

Malang, 4 November 2017

Kamis, 02 November 2017

Flashback jaman SNMPTN :D

Assalamualaikum readers :)

Yap hari ini hari Jumat, dan jangan lupa baca atau setidaknya mendengarkan Surah Al-Kahfi.
Sekarang rame banget yaa reminderr setiap hari jumat baca surah Al-Kahfi. Kira-kira apa sih kelebihan dari surah Al-Kahfi? Kok sekarang muda mudi sudah meninggalkan kebiasaan membaca surah Yasin? Hm... tapi itu bukanlah hal yang akan menjadi pemabahasan kali ini hehe. Soalnya saya tidak ahli dalam ilmu penafsiran. Well, yang paling penting buat yang cowok nih, jangan tinggalin sholat Jumat yaa bagi umat Muslim.

Sesuai dengan janji di postingan sebelumnya, kali ini saya akan mengupas sedikit tentang jaman SNMPTN. Penasaran gak sih tentang gimana saya struggle hadapin kenyataan bahwa UN sudah depan mata, dan pilih jurusan kuliah itu susahnya ngalahin nyari jodoh? :D Padahal saya belum pernah nyari jodoh. wkwkwkw #apaansihbil

Nah berhubung lagi ada mood untuk flashback lagi, saya akan ceritain ke kalian semua tentang bagaimana saya memperisapkan diri untuk SNMPTN di tahun 2016. Ini soalnya banyak bangettt chat, dm, dll di social media yang menanyakan hal ini. Lagi pula saya juga gak bisa ngulang cerita berulang kali. Sebab tangan ini mudah lelah untuk mengetik cerita yang panjang. Jadilah saya posting aja disini. Oke, selamat menikmati bacaan yang semoga berfaedah.Amiin.

Waktu itu saya bersekolah di SMA NEGERI 2 MAJENE. Kalian harus tahu, sekolah kami tersebut merupakan sekolah Unggulan di provinsi Sulawesi Barat. Pada saat saya dan teman-teman seangkatan bersekolah disana, alhamdulillah kami banyak mencetak banyak prestasi yang dihasilkan oleh kerja keras, belajar giat dan kerja sama dengan bapak ibu guru profesional dalam masing-masing bidangnya. Saya jujur sangatlah bangga menimba ilmu disana. Btw, bukan bermaksud untuk pamer, tapi inilah permulaan dari cerita selanjutnya.

Saat kelas 10 SMA, saya sering melihat senior-senior juara lomba tk.nasional. Kemudian pada saat kelulusan, mereka beberapa orang diterima lulus SNMPTN berkat hasil juara-juara yang mereka peroleh. Saat itu juga saya percaya bahwa saya pun bisa seperti mereka bahkan harus berusaha jauh lebih baik dari mereka. Wal hasil, saya terus berpacu untuk mengikuti lomba selama 3 tahun bersekolah disana.

Saya ikut lomba, niatnya bukan semata-mata untuk berprestasi tapi juga untuk memudahkan saya masuk ke perguruan tinggi negeri. Saya selalu berdoa "Yaa Allah, dengan segala kerendahan hati  bukakanlah pintu rejeki hamba dalam lomba-lomba yang Hamba ikuti agar naninya dengan sertifikat kejuaraan tersebut hamba bisa masuk ke PTN tanpa seleksi. Aaamiin". Gak berhenti doa kayak gitu.
Alhamdulillah banyak ikut lomba+banyak usaha = lulus SNMPTN :)

Biar gak panjang lebar nih aku cerita, aku langsung kasih tips dan trik aku yaaa lulus SNMPTN.

1. Buat kamu yang saat ini masih kelas 10, ikut aja lomba-lomba. Lomba apapun itu. Kalau gagal, coba lagi dan lagi. Banyakin sertifikat lombamu biar nanti bisa masuk dalam aplikasi SNMPTN. Itu membantu banget. Ini juga bisa kalian praktekkan buat yang kelas 11 dan 12 (kalau masih ada lomba buat kelas 12 yaa).

2. Jangan takut bersaing dan berkompetisi. Kalian selalu liat orang-orang diluar sana bahkan yang ada di dekat kalian itu banyak menghasilkan juara-juatra. Itu bukan karena mereka pintar saja, tapi mereka rajin cari informasi. Maka rajin-rajinlah kepoin google dan kakak senior kalian. Kalian pun harus tanya-tanya ke guru apa saja lomba yang tersedia. Yang biasanya kemediknas sering adain lomba tiap bulan. Pokoknya jangan malu. Apalgi jaman nauw yang sekarang apa aja bisa jadi kontes alias dilombakan. Ikutin in lomba yang sesuai passion alias minat dan bakat kalian punya. Oke?

3. Di kelas, kalian harus rajin juga ngumpulin tugas teoat waktu. kalau gagal paham, kerja kelompok. Minta ajar sama teman yang lebih paham. soalnya aku begitu. hehe. Aku jurusan IPA dan pas kelas 3 merasa salah jurusan, tapi udah telat banget nyadarnya. Yaudahlah sih, ini gak aku bahas disini.

4. Patuh sama perintah Allah, orang tua dan guru. Ini penting banget . Jangan pernah lalai dalam sholat 5 waktu. Kalau belum laksanakan sunnah, wajib harus dilakukan yang 5 waktu ini. Harus selalu minta restu sama orang tua. Bangunlah hubungan yang harmonis dengan orang tua karena doa orang tua sangatlah mustajab. Terus, harus hormati guru. Gimanapun killernya, selalu gak baikin kamu atau apalah itu, tetap harus stay hormat sama ibu bapak guru. Beliau-beliau itu udah ngajar kita loh, meskipun kamu selalu gagal paham :D

Nah itu tipsnya. Kemudian triknya adalah

a. Nilai rapor kalian harus bagus yaa. jangan sampai jelek,karena kualifikasi SNMPTN itu sekarang makin ketat sama nilai rapor. Kalau aku dudlu, alhamdulillah nilainya stabil dan duduk di kelas unggulan. Ini diperghitungkan banget.

b. Isi aplikasi SNMPTN harus baca bismillah dan semua doa yang kamu tahu. Tapi harus berhubungan dengan usaha yaa doanya, bukan doa makan. Waktu itu aku isinya setelah sholat subuh hari Jumat. Aku masih inget banget waktu itu aku kayak gimana getar-getirnya. Apalagi pas klik tombol 'submit'. Hatiku selalu berdoa, semoga yang nyeleksi, lulusin aku ya Allah.

c. Tapi kalian harus tahu juga nih, kalau akreditasi sekolah asal mempengaruhi banget. Jadi, kalau sekolah kalian di akreditasi A bersukurlah karena kuota kalian lebih besar dari akreditasi sekolah yang lain. Alhamdulillah sekolahku akreditasinya A, jadi kuotanya waktu itu 75%. Sayangnya, sekarang udah dikurangin kuota setiap tahunnya. Rajin-rajin cek info SNMPTN yaa.

d. Pilih jurusan dan universitas. Ini  sebenarnya yang sulit banget. Kayak aku bilang di awal tuh, lebih sulit dari nyari jodoh wkwkw. Caranya gimana? Kalian harus browsing tentang peringkat universitas di Indonesia. Nanti bakal kalian bandingkan tuh sama univ2 lain, mulai dari akreditasinya, peminatnya, penagajarnya seperti apa, dan lingkungannnya bagaimana. Kalau aku pribadi sih, nyarinya detail banget. Gak asal comot univ ini dan pilih jursan ini. Aku gamk mau nyesal. Ini berhubungan sama masa depanku nanti. Makanya harus benar-benar pdkt yang mendalam. hehe.

Kalau nyari jurusan, itu berdasarkan kemampuan, bakat dan minat. Kalau mau tahu ini, aku sih nyari web yang bisa sedikit membantu untuk menemukan passion. Cari aja di google dengan key word seperti ini "Tes PSikologi", "tes Minat Bakat", "tes jujrusan yang cocok untuk kuliah".. nanti bakal banyak link yang muncul, Kalian pilih aja yang kalian sukai, terus ikutin prosedur atau petunjuk penggunaannya. Aku dulu malah download aplikasi minat bakat. Dan itu membantu banget. Kalau aku pribadi juga nih, minat bakatnya lebih ke kreativitas, artisitik, kepenulisan. Begitulah.

e. Kalau mau merantau, buat ortu kamu setuju dan merestui. Gak usah maksa juga sih. Lemah lembut aja mintanya. Tegas tapi lembut itu beda sama kasar dan memaksa yaa. Aku pakai yang tegas tapi lembut. Makanya ortu ku luluh. Dulu, mama papa gak terlalu setuju aku merantau. Cewek ke jawa itu terlalu memakan resiko di benak para orang tua. Iya gak? Aku kasih bonus trik deh untuk yang ini. Wkwkw. Jadi, aku bvandingin tuh univ di sulawesi dan di jawa. Jauh beda banget kan? Tapi mama tetap kekeh dengan pendiriannya. Aku muter otak gimana caranya biar luluh. Aku kasih deh hasil pemeringkatan universitas seluruh indonesia, akhirnya mama ku mulai sedikut luluh. Ditambah aku sejak pertama kali nginjak kaki di Malang jatuh cinta, maka ku perlihatkan pula web yang mereview pesona Malang. Jatuh cintalah beliau. Kalau papaku, yaa namanya juga bapak yaa pasti berat juga. Tapi papa selalu mendukung meskiupun kadang dukung mama juga sih. Alhamdulllah pada akhirnya ortuku merestuiku untuk hijrah ke Malang. Berkat restu merekalah, aku bisa berada disini sekarang. Restu Orang tua merupakan Ridha Allah Swt. Kalau ortu gak restu, maka jangan harap ridha dari-Nya.

Dan alhamdulillah pada saat yang ditunggu-tunguu itu tiba, mendapatkan kabar ini aku speechless langsung nangis terus lari ke kamar peluk papa, kebetulan mama masih ngajar di sekolah Aku telvon dan gak lupa sujud syukur. Yaa Allah how lucky I am.

Masih  kesimpen sampai sekarang dan untuk selamanya. Sebagai bukti bahwa usaha tidak pernah menghianati hasilnya. 





Sekedar informasi, aku lulus SNMPTN 2016 di Universitas Negeri Malang dengan pilihan kedua yaitu Sastra Inggris. Pilhan pertamaku, pendidikan bahasa inggris. Tapi lulusnya di pilhan kedua, dan aku senang banget lulus di prodi itu.  Dan setelah lulus aku baru tahu kalau UM itu depannya mall gede' di Malang wkwkw. Terus aku lulus di pilhan kedua mungkin karena sertifikatku sesuai dengan prodi tersebut.

Sekian.
Selamat berjuang yaa teman-teman. Tinggalkanlah jejak kalian, di kolom komentar. Dan jangan lupa bagikan ini ke tema-teman kalian. Biar mereka juga ikutan semangat untuk lolos seleksi SNMPTN  :D Aku tunggu kabar kalian yaaa.. Semoga lolos SNMPTN. Dan kalau belum lolos, ikut SBMPTN dan seleksi Mandiri. Jangan pernah putus asa yaa.

*akan ada postingan menarik lainnya seputar beasiswa dan masih banyak lagi. Jangan bosan untuk kunjungi blog kesayanagnku ini yaa. Love you guys <3

Jangan lupaa follow igku yaa
@nabbslll


Selasa, 31 Oktober 2017

Menyapa Setelah Sekian Lama Beristirahat

Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat malam ku ucapkan untuk para pembaca dan pengunjung blogku :)
Kemarin, saya baru saja memposting cerita pendek yang telah diterbitkan di koran lokal di daerah asal saya. Yah, rasanya senang sekali. Namanya juga baru pertama kali masuk koran, maksudnya tulisan sendiri :D

Setelah ku cek dasbor blog ini, saya tersadar bahwasannya setahun terakhir saya tidak pernah menuliskan apapun disini. Bahkan saat saya sudah masuk kuliah :D
Maafkanlah kekhilafanku ini. Sempat lupa bahwa ada cinta dan banyak kenangan yang ku tuliskan dalam blog ini sejak pertama kali ku buat. Sejujurnya ini bukan blogku satu-satunya dan bukan pula blogku yang pertama :D
Sudah ada beberapa blog sebelum blog TentangKu ini . Tapi sepertinya aku candu dengan blog ini. I don't know why :D

Oh iya, sekedar informasi aja nih gengs, sekarang Nabilah sudah merantau. Saat ini berkuliah di Universitas Negeri Malang. Coba tebak jurusanku apa? Dan alhamdulillahnya lulus jalur SNMPTN alias gak pake tes-tes masuk segala. Apakah itu pertanda bahwa saya tidak pintar dan hanya mengandalkan otak saya dengan berjuang bersama teman-teman yang lain di SBMPTN? Hm... nanti akan saya jawab di postingan selanjutnya. Jadi, jangan sampai ketinggalan info menarik dari saya yah :)
Inshaa Allah saya akan kembali meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan teman-teman sekalian melalui blog ini.

Follow juga instagramku yaaaa
https://www.instagram.com/nabbslll/?hl=id
Langsung klik aja :)
Thank you <3 kalau mau di followback, yaa di follow dulu dong :D

Salam rindu dariku
Si Gadis perantau

Nabilah

Senin, 30 Oktober 2017

Ku Angkat Kopermu, Ku Kecup Keningmu



Based on True story
Cerpen ini telah diterbitkan di Koran Radar Sulbar
Edisi, Sabtu 28 Oktober 2017
 
Ku Angkat Kopermu, Ku Kecup Keningmu
Oleh:
Nabilah Haruna
Kelahiran Tinambung, Polewali Mandar
Mahasiswi Universitas Negeri Malang
Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Angkatan 2016
 
Sumber Gambar : Nahliana Abdullah (Koran Radar Sulbar 28/8/17) 
Sedari dulu memang aku sudah muak, tapi demi buah hati kita aku rela terus bertahan seperti ini. Aku memang merasa iri hati kepada sepasang suami-istri yang rumah tangganya baik-baik saja. Mereka selalu memamerkan kemesraan yang tulus tidak seperti kita yang cuma bualan saja. Ini semua sandiwara antara aku dan kamu agar semuanya terlihat baik-baik saja dihadapan kedua putra kita juga di depan keluarga besar kita.
"Sayang, kamu mau kemana?"tanyaku begitu lembut.
"Ke mana aja!!!"sarkatis jawabanmu.
Jujur saja aku selalu menangis ketika memanjatkan doa kepada-Nya agar segera membukakan pintu hidayah untukmu biar bisa kembali lagi bersama kami seperti sedia kala.
Malam berganti malam, larut semakin larut.
Cerah mentari tak pernah mencerahkan hari kita.
Selalu saja dingin tak sehangat teh panas yang dikau hidangkan untukku.
Gilang dan Radit tumbuh menjadi jagoan kita yang hebat. Sayangnya, prestasi mereka menurun semenjak kamu lebih memilihnya daripada aku.
"Ayah, masakan sudah siap"
"Mau kemana lagi?"
"Ke Makassar" katamu penuh penekanan.
Begitu terus. Terus berputar, berulang, mungkin tanpa jeda itu saja kelakuanmu. Aku ingin menegur, tapi kamu lebih punya nyali daripada aku.
Ibuku yang sudah tua rentah tidak pernah lagi kau sudi menengoknya. Aku mengajakmu, lantas kau dengan tanpa berperasaan menolak ajakanku begitu saja. Lalu, aku bisa apa?
Aku yang kerjanya juru Kamera, hanya bisa mengandalkan bagusnya tekhnik pengambilan gambar yang ku punya. Banyak orang yang datang mengundangku untuk mengabadikan potret kebahagiaan mereka, adapula potret sendu dan miris yang seringkali terabaikan tapi ku abadikan juga.
Banyak orang yang memujiku, dan pujian pertama yang ku dapatkan itu darimu. Tapi mengapa dirimu berpaling? Aku menjadi semakin merasa tidak berdaya.
Ditambah cerita miring diluar sana, gosip ibu-ibu tetangga, juga isu keretakan mahligai rumah tangga yang kita bina sudah berhembus tepat di indra pendengaran kedua orang tuaku juga seluruh keluarga besarku.
"Di Makassar, dia sudah punya selingkuhan"
"Kamu bukan PNS, makanya dia selingkuh"
"Ada yang lebih bagus mereknya daripada kamu"
"Bukankah dia memang tipekal matrealistis?"
"Sudah ku bilang, jangan nikah dengannya!"
"Yang sabar, semua ada hikmahnya"
"Dia butuh uang banyak, bukan setoran ribuan saja!"
"Demi anak-anakmu, kamu harus kuat!"
"Sudahlah, tidak usah bertahan sok kuat!"
"Ceraikan saja!"
"Kamu memang bodoh!"
"Kamu payah sekali hahahaha"
Begitulah kira-kira lontaran orang disekitarku mengenai hubungan kita. Ada yang mendukung, ada yang mencemooh, ada yang membuat ngilu isi hati, ada juga yang merendahkanku. Tapi aku berusaha tegar setegar baja. Aku tidak ingin putra kita mengetahui aib keluarga kecil kita.
Kepada-Nya aku berserah diri, menyerahkan semua yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Aku semakin takut, bingung dan suatu hari disaat semuanya terlihat suram, sosok lain kembali hadir. Perempuan yang dulu ku cinta di masa kanak-kanakku kembali mengulang memori. Ya, tepat sekali. Saat itu kami reuni, kebetulan dia berada disana. Hanya obrolan ringan yang kami bicarakan. Sampai akhirnya dia memberitahuku bahwa dia kini sudah janda, satu anak. Lantas aku berbual “Baiklah kalau begitu, mari kita menikah saja. Toh saya juga sudah duda, dua anak”. Dia hanya tertawa. Dalam hati aku berkata “Aku harus segera menceriakannya” (istriku).
Berselang dua hari setelah reuni itu, kami intens terus menjalin ukhuwah silaturahim di jejaring sosial media. Kami kembali dekat, hingga aku merasakan hadirnya benih-benih rasa yang dulu belum sempat tersampaikan kembali.
Istriku, Disya yang memiliki tubuh proporsional seperti model majalah kini menduakanku, dengan terang-terangan. Aku yang seperti tidak punya kuasa hanya diam saja. Setelah hadirnya Fitri dalam hidupku, aku merasa hidup terlalu singkat jika terus bersama dengan seseorang yang tidak lagi mencintaimu. Maka ku putuskan untuk memulai hubungan baru bersamanya tanpa sepengetahuan istriku.
Aku merasa hal itu wajar saja. Sangatlah wajar, kalian pasti mengiyakan, bukan? Jika tidak, maka kalian harus mencoba bagaimana rasanya aku, seorang lelaki yang memiliki sejuta pengorbanan perasaan tapi tetap tak dianggap. Segalanya, telah ku perjuangkan namun tetap saja. Dia selingkuh, dan dengan beraninya ia memberitahukan itu kepada kedua putraku “Nak, ini dari Papa baru mu”. Berarti dia sudah punya hubungan lebih intim dari sekedar selingkuhan.
Disya mulai curiga, sebab taka da lagi tanya “Mau kemana” dan sebagainya. Aku hanya diam dan tidak peduli, chat dari Fitri jauh lebih panting bagiku saat itu. Beberapa hari dia diam-diam mengintai hpku, yang sebenarnya adalah privasiku meskipun aku masih sebagai suaminya. Tapi tidak pernah sekalipun aku berani mengutak atik hp miliknya. “Kamu selingkuh!” katanya marah. “Tidak, itu hanya berteman” kataku santai. “Tidak mungkin berteman, seperti ini isi chat kalian” dia mulai ngotot. Tapi ku biarkan saja dia mengoceh ngawur tanpa berpikir bagaimana dia selama ini.
Malam harinya, aku mengambil laptop milik putra sulungku. “Ayo kita buat surat perceraian” seruku padanya dengan lembut. “Ayo” katanya sambil melongo ,antara bingung dan tidak percaya. Tapi sepertinya dia masih menganggap aku hanya bercanda. Semua konsep surat perceraian ku ketik dengan lengkap dengan mengkombinasikan antara kata-kata yang ia punya dan yang ku punya.
Besoknya, aku keluar untuk ‘print out’ surat perceraian itu. Lalu ku suruh ia untuk menandatanganinya setelah ku minta orang tua, saudaraku untuk menjadi saksi dan bersedia untuk menandatangani surat cerai itu. Dia diam dan menatap lamat-lamat isi surat perceraian yang kami buat dan sudah berisi tanda tanganku, tanda tangan milik almarhum papaku (saat itu beliau masih berada disisi kami), milik ibuku, dan adikku. “Ini bercandakan, Yah” dengan lemah ia bertanya. “Ini serius dan bukan bercanda. Bukankah ini inginmu?” kataku tegas. Kemudian dengan menitikkan air mata, ia menandatangani surat cerai itu.
“Sekarang kita resmi bercerai. Saya memberikanmu talak 3” dengan lembut ku ucapkan kata talak 3 itu, maka jatuhlah talak 3 yang berarti kami tidak akan pernah bisa kembali lagi kecuali memenuhi syarat dan syariah Islam. Tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir lagi untuk kembali bersamanya. “Kemasi barangmu, kita tidak lagi boleh tinggal seatap bersama” perintahku. “Baik, Ayah” dia tetap memanggilku dengan sebutan “Ayah” tapi tidak masalah, toh kami tetap harus membinca tali silatuhrahim. Bagaimanapun, dia adalah ibu dari kedua anak-anakku, dan dulu menjadi cinta yang sangat ku banggakan meskipun akhirnya begitu pahit.
Dia memutuskan untuk berangkat ke Makassar setelah anaknya pulang dan menyelesaikan urusannya dengan tetangga. Dia membayar hutang piutang selama ini yang kadang menutupi kebutuhan keluarga kecil kami yang tidak begitu berkecukupan. Sepulangnya Gilang dan Radit, ia langsung memeluk kedua putranya dan menangis tersedu-sedu “Maafkan mama nak, mama sudah pisah dengan ayah”. Aku sedih, aku juga menangis dalam hati. Begitu pahit sudah semuanya, dan kini semuanya harus berakhir.
Dulu, aku memintanya menjadi istriku secara baik-baik, maka ku lepaslah ia dengan baik-baik pula. “Mari ku antar ke mobil” ajakku. Kami diam saja, seperti tidak ada masalah. Tidak satupun tetangga yang tahu saat itu kami sudah bercerai. Sesampainya di terminal, ku angkat kopornya kemudian ku kecup keningnya, ku peluk ia begitu erat. Aku menitikkan air mata “Usayanggi sannal o, ma. Tapi sata mu pate-patenganaq selama dzi’e


. Semoga sata bahagia o, di kehidupan mu yang baru”*** ucapku dengan khidmat. Terakhir kalinya aku menggunakan hakku sebelum surat itu sampai ke pengadilan. Sebejat apapun perilakunya di mataku, dia tetaplah istri sempurna bagiku dan ibu sejati bagi kedua putraku.
*Tamat*



 
*** (bahasa Mandar, suku di Sulawesi Barat”
yang artinya : “Aku sangat menyangimu, ma. Tapi kamu selalu membuatku seperti ini, menyia-nyiakanku. Semoga kehidupanmu yang baru selalu bahagia”.