Jumat, 08 Maret 2019

Wakil Rasa

Perempuan itu berharga.
Harta terbaik seorang Bapak.
Dia dijaga dengan penjagaan yang sempurna.

Kali ini, aku ingin berkenalan denganmu.
Seorang anak gadis yang sebentar lagi harus menanggalkan sifat kekanakan yang menyengsarakan.

Uh~
Kenapa harus dilibatkan oleh rasa seperti ini?
Rasa yang seakan diberi kepastian tapi tidak juga.
Rasa yang mungkin seharusnya tidak ada.
Rasa yang tidak ingin berakhir pada kecewa.

Aduh, belum ku tamatkan tulisan ini, jemariku mengantarku mengutak atik lembaran lama. Tentang dia. Tentangmu. Tentang masa-masa lucumu diwaktu lampau.
Maaf, tanpa izinmu ku beranikan diri mencari tahu siapa kamu dan bagaimana masa yang dulu pernah ada.

Jujur, baru malam ini laman muka bukumu ku jejali. Menjelajahi hal yang seharusnya tidak perlu ku baca. Haha. Aku cemburu.

Terlalu egois memang jika aku hanya mementingkan hatiku padahal dulu pun aku pernah menaruh hati pada orang yang lebih dulu dihadirkan jauh sebelum dipertemukan denganmu.

Ku terima masa lalumu, beserta kisah cinta pelik  lucumu. Dan sekiranya engkau pun berkenan menerima segala masa lalu dan kisah cintaku yang unik.
Hm.. kisahku selalu unik sih. Termasuk denganmu.

Aku rindu.
Namun malu tuk utarakan dengan gamblang.
Kelewat takut menanggung duka.
Biarlah disimpan sendiri.
Tapi jemariku gatal untuk tidak menuangkan isi hati yang sebentar lagi meluap.

Apakah sudah tepat melabuhkan hatiku dan menetapkan pilihan denganmu sebagai yang terakhir dan menuju pada keabadian? Ataukah masih belum cukup bagimu dan masih ingin mengembara mencari yang lebih dan lebih baik lagi?

Kalau begitu, aku mundur mulai sekarang.
Aku pamit agar tidak menjerumuskan hatiku pada curam pilu menyesakkan dada.

I am stop on you.
Tapi jika kamu belum memilih untuk menetap, akan lebih terhormat jika aku yang pergi saja dari sini.
Tidak baik bila memperpanjang urusan hati yang nyatanya tidak dibawa sampai mati.

Aku ingin kisah yang bukan lagi hanya diceritakan seperti dongeng pengantar tidur yang hanyalah abadi dalam khayalan. Aku ingin kisah yang abadi dalam kenyataan.

Bila memang dalam ikhtiarmu belum menunjukkan titik terang, mengarahkan pilihanmu pada namaku, ku mohon biarkan aku juga mengetahuinya.

Aku hanya takut, rasaku dibiarkan menggerogoti kalbu dan jiwaku yang polos.

Cukup trauma dengan yang lalu, bantu aku untuk tidak patah lagi.

Halalkan atau tinggalkan.

Menetap atau hanya menjadi persinggahan?

Bila kau diikat janji dengan masa lalumu, tuntaskan dulu. Kejar dia jika memang dia yang selama ini kau cita-citakan.
Aku hanya tidak ingin menjadi penghalang untuk kisah abadi kalian.

Duh, perih juga ya menuliskan ini.
Tapi tak apa.
Aku kuat karena aku berani merasakan pedihnya mengikhlaskan.

Sebelum terlalu jauh langkah berjalan bersama, ada baiknya kita berhenti untuk beristirahat lalu memutuskan bagaimana seharusnya.

Sebuah komitmen tidak akan berjalan tanpa adanya kesepakatan dua pihak.

Rasanya seperti layangan.
Ditarik ulur dan dilepas ketika benangnya tak sengaja putus.
Kemudian jatuh di laut atau hinggap di dahan pohon.

Malang, 8 Maret 2019
#WakilRasa
#RekamJejakDigital
#Komitmen
#Hubungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar