Selasa, 05 Maret 2019

Menjadi Mahasiswi UM

It has been almost 3 years spending my lifetime in this beautiful city, Malang.

Uh~

Time goes by sooooo fastly

Kali ini saya akan menceritakan dengan singkat suka duka menjadi mahasiswi UM.
Sebenarnya lebih banyak sukanya daripada dukanya sih.
Alhamdulillah.

Diantara banyaknya kampus ternama di Indonesia, saya memilih Universitas Negeri Malang sebagai tempatku mengasah kemampuan dan mencari jati diri.

The Learning University adalah prinsip kampus tercinta dan kebangaanku ini.

Ku ingat sekali waktu mau daftar kampus di Jawa. Banyak yang meremehkan. Katanya sulit untuk lanjut kuliah di Jawa tuuh.
Bahkan ada yang tidak percaya dengan mimpiku.
Menertawakanku, sinis begitu.
Yasudahlah ya.

Tidak tahu siapa-siapa di Malang, tidak tahu  banyak hal tentang Malang kecuali tempat ini dingin, sejuk, pemandangannya luar biasa. Pertama kali melabuhkan hati dengan Malang ini di tahun 2014, 10 hari sebelum Lebaran.

Air sejuk di Masjid yang tidak sengaja ku injak saat singgah dari perjalanan Kediri-Surabaya kala itu, membuatku lansung jatuh cinta.

Ku rapalkan doa dalam hati "Ya Allah, semoga saya bisa kembali ke sini lagi. Bisa tinggal lama di sini. Bahkan bisa menetap di sini".

Untuk menseriusi mimpi itu, saya belajar banyak. Saya berusaha lebih banyak daripada orang kebanyakan.

Saya rela tidak tidur nyenyak di malam hari.
Rela tidak banyak main.
Tidak banyak wisata kuliner. Alias nongki gak jelas.

Ya karena memang itu bukan lifestyle ku. Wkwkw.

Saat teman-temanku masih memperbincangkan soal pilihan jurusan di kampus di Makassar, saya diam saja. Karena saya tidak berminat sama sekali. Bukan karena merendahkan kualitasnya. Tidak. Jika saja saya belum pernah menginjak tanah Jawa dan punya relasi di Jawa karena ikut lomba, mungkin saya tidak akan berpikir untuk kuliah di Jawa. Mentok, saya mengidamkan UNM. Universitas Negeri Makassar.

Toh, sekarang saya kuliah di Universitas Negeri Malang, yang orang kadang salah menyingkatnya jadi UNM. Padahal kampusku ini singkatannya UM. Kenapa begitu? Nah, jadi dulunya kampusku ini adalah IKIP Malang, sedang UNM yang dulu adalah IKIP Makassar. Tempat mamaku menimba ilmu hingga meraih gelar Magisternya di tahun 2010.

Nah, IKIP Makassar kalau tidak salah lebih dahulu mengubah nama menjadi Universitas Negeri Makassar disingkat UNM.
Sehingga IKIP Malang yang menyusuls setelahnya menjadi Universitas Negeri Malang. Kalau disingkat UNM, itu sudah dipakai di Makassar, untuk membedakannya 'N'nya dihilangkan. Menjadi UM The Learning University.

🤩

Kabarnya, IKIP Malang adalah kampus Pendidikan terbaik di Indonesia.
Bahkan prodi Pendidikan Bahasa Inggris pernah dinobatkan sebagai program studi terbaik se-Asia Tenggara. Coba searching deh, bener loh datanya. Akurat :)

That is why I choose this campus.
Awalnya saya gak tahu kabar itu. Soalnya pada saat cari jurusan sastra Inggris terbaik di Indonesia, muncul Universitas Negeri Malang. Kemudian pada saat mengerucutkan pencarian jadi Prodi Pendidikan Terbaik di Malang. Maka muncul lagi UM dengan akreditasi A.

Yap! Dulu saya pilih prodi Pendidikan bahasa Inggris karena mama yang bilang begitu. Actually, I am not that kind person that want to follow or join something similar with my family member. Sebenarnya gak mau juga kalau satu jurusan sama mama. Satu prodi maksudnya. Kenapa? Ya biar beda aja begitu. Supaya bisa diskusi banyak hal. Bukan topik itu-itu aja.

Saya sudah nulis tentang strategi saya memilih jurusan di SNMPTN di blog ini. Silakan dicari dan dibaca ya :)

Saya bahagia banget saat diterima di pilihan kedua. Prodi Bahasa dan Sastra Inggris. Waktu itu akreditasinya masih B. Tahun lalu, alhamdulillah sudah berakreditasi A. Jadi, inshaaAllah kalau wisuda nanti di ijazahnya sudah akreditasi A. Mohon doanya ya. Semoga bisa segera selesai. Kalau bisa 3,5 tahun. Kalau gak, ya pas 4 tahun. Aaamiiin.

Jujur, saya pun tidak banyak tahu soal prodiku ini. Meski tidak tahu banyak tentang apa yang nanti ku pelajari, setidaknya tahu prospek kerjanya luas.

Alhamdulillah.

Setelah masuk ke dunia perkuliahan di tahun 2016 yang lalu, di bulan Agustus waktu itu, luar biasa. Saya cengo. Saya ternyata tidak jago bahasa Inggris. Walaupun di Sulawesi Barat saya dikenal sebagai anak yang sering menang lomba di dunia bahasa Inggris seperti Story Telling, Speech and Debate. Tapi itu nihil banget saat saya di sini.

Teman-temanku luar biasa. Mereka jago. Fasih. Saya ciut.

Apakah saya menyerah? Tentu tidak.
Saya curhat ke mama panjang lebar. Sampai nangis.
Pernah berpikir untuk berhenti, tapi kembali diingatkan oleh mama dan papa bagaimana perjuanganku yang tidak singkat dan tidak mudah sehingga bisa menaklukkan Malang dan bisa lulus SNMPTN.

Satu-satunya diangkatanku yang lulus di Jawa jalur SNMPTN.

Saya nekat, dan saya berani.

Saya hanya memilih UM dengan dua prodi.

Saya pasrah.

Sebab saya sudah mengusahakan dan meniatkan segala perjuanganku ikut dan menang lomba agar bisa lebih dimudahkan di SNMPTN. Kan kalau SNMPTN melampirkan sertifikat prestasi.

Saya pede lulus? Tidak juga.
50% Pede Lulus
50% Siap Gagal.

Saya sudah ada plan jika gagal SNMPTN, saya tidak akan ikut SBMPTN tapi saya akan kursus bahasa Inggris untuk kuliah di Australia.

Ide gila kan?

Mama ku setuju.

Kenapa cadanganku segila itu?
Karena ini:
1. Saya sudah lomba sampai tingkat Internasional tapi jika tidak dihargai, untuk apa saya bertahan?
2. Saya mau punya pendidikan yang maju.
Jika saya tidak diterima di Jawa, maka lebih baik saya ke Luar Negeri saja.

Saya beli buku Inspira Book yang harganya mencapai 300K. Saya paling jarang minta dibelikan apa-apa ke Papa karena saya malu dan memang tidak begitu banyak keinginan. Saat itu, saya merengek minta dibelikan buku itu. Buku Kuliah Ke Luar Negeri.

Papa awalnya tidak setuju. Setelah ku jelaskan panjang kali lebar sama dengan luas, papa akhirnya luluh.

Itulah kenapa saya ketawa kalau ada orang yang mengeluh saat saya rilis pre order buku beasiswa seharga 50K.

Hm...

Skip dah bahas itu. Wkwkw.

Lanjut, nih ya. Pokoknya cadanganku bukan kuliah di Indonesia lagi. Tidak mau kuliah di Makassar. Tidak mau kuliah di Samarinda. Tidak di Jakarta, tidak di Jogja.
Hanya Malang.

Ternyata Allah mendengar doaku dan rencanaku.

Saya dinyatakan lulus murni.
Alhamdulillah.

Well, now I am here.
Gak kerasa sudah hampir genap 3 tahun.
Rasanya makin berat melepas.
Semoga nanti punya rumah di Malang saja kali ya?🤔
#kode

Punya almamater UM itu kebanggaan banget. Apalagi bisa menikmati hari-hari dengan tidak membosankan. Saya benar-benar banyak menggali potensi dan banyak berbagi ilmu dan pengalaman. Baik itu di sosmed maupun dunia nyata.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah bisa dapat Beasiswa.
Alhamdulillah bisa jadi tutor Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.
Alhamdulillah dapat dibiayai ke Thailand.
Alhamdulillah punya dosen yang kebanyakan bergelar Doktor dan Professor.
Alhamdulillah bisa banyak bertemu dengan orang-orang baik dan hebat.
Alhamdulillah punya teman julid. Teman yang suka sinis. Teman yang suka menegur dengan cara yang kasar dan jahat.
Semua itu anugerah.

Dulu mungkin saya kaget kalau dijulidin, karena sudah terbiasa, alhamdulillah menjadikan mereka sebagai berkah.

Tanpa mereka, tidak ada filter untukku. Tidak ada kesempatan untuk introspeksi diri jadi lebih baik.
Saya mundur satu sampai lima langkah.
Untuk loncat hingga 10 sampai 20 langkah.

Terima kasih kawanku.
Kejulidanmu, buatku sadar dan belajar bersabar.

Menjadi satu-satunya orang Sulawesi di angaktanku, menjadi satu-satunya orang Mandar di angkatanku, akhirnya saya bisa jadi representatif orang Sulbar dan orang Mandar di angkatanku.

Kalau ada kerja kelompok, ada tugas, karena banyak yang mengangkat tentang Jawa, maka teman-temanku sering mengusulkan kelompok kami pakai tentang Mandar.

Awalnya mereka asing dengan Sulawesi, dengan Sulawesi Barat, dengan Mandar. Kini, perlahan mereka mulai hapal bahkan beberapa diantara mereka senang kalau saya sedang menelpon dengan mama dan papa karena berbicara pakai bahasa Mandar. Katanya, seperti bahasa Korea. Haha.

Pernah mementaskan adat Mandar juga dihadapan satu angkatan.

Sering menulis paper tentang budaya di Mandar.

Saya memang minoritas, tapi saya tidak mau dipandang remeh oleh mayoritas.

Relasi dan Ilmu yang ku dapatkan disini banyak sekali.

Banyak yang ingin ku ceritakan soal UM dan soal Sastra, Cerita Segala Rasa.

Sekian dulu, ya.
Aku cinta UM dan Prodiku terkasih.

Selain itu, bukan hanya cita yang kuraih di sini, ternyata ditemukan cinta disini. 🌻

Selamat Pagi,
Dariku
Nabilah Haruna

Komentar, saran, pendapatnya dong kak :)
Semoga bermanfaat ya.
Follow me on IG @nabbslll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar